

InNalar.com – Indonesia kini tengah membangun megaproyek pembangkit listrik tenaga air (PLTA) terbesar.
Pembangkit listrik tersebut terdapat di Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara.
Bahkan proyek pengerjaan pembangkit listrik ini juga merupakan bentuk kerja sama antara Indonesia dengan tetangganya, yaitu Malaysia.
Adapun yang mengerjakan proyek ambisius ini adalah PT Kayan Hydropower Nusantara.
Sementara itu, untuk kepemilikan sahamnya yaitu dipegang Adaro Energy sebesar 50%, dengan Sarawak Energy Berhad dan PT Kayan Patria Pratama juga memegang saham di Kayan Hydropower Nusantara.
Sebenarnya pembangunan pembangkit listrik terbesar ini sudah direncanakan sejak 2019.
Akan tetapi groundbreaking dari proyek ini baru dilakukan kemarin, pada tanggal 1 Maret 2023.
Disebut jadi yang terbesar, sebab kapasitas dari pembangkit listrik ini mencapai 1.375 MW, atau sebesar 1,375 GW.
Karena pembangkit listrik ini menggunakan energi dari air, nantinya PLTA yang dimaksud akan memanfaatkan sungai Mentarang yang mengalir di daerah Kalimantan Utara.
Adapun nantinya juga akan terdapat bendungan yang panjangnya mencapai 235 meter, dengan lebar 812 meter.
Selama pembangunannya pun juga membutuhkan tenaga kerja lokal yang cukup banyak, karena menyerap hingga 5000 pekerja.
Selain itu, pengerjaan megaproyek ini juga terbilang lama, karena akan dikerjakan selama 7 tahun lamanya.
Dilansir InNalar.com dari Diskominfo kaltara, jika sesuai target, maka nantinya pembangkit listrik terbesar di Indonesia ini akan rampung pada tahun 2029.
Adapun nama dari pembangkit listrik ini adalah PLTA Mentarang Induk.
Saat sudah beroperasi nanti, pasokan listriknya pun akan sangat besar, karena dapat menyuplai ke banyak daerah.
Karena jaringan listrik dari Proyek ini juga akan dibangun sepanjang 230 kilometer melintas tiga kabupaten yaitu Kabupaten Malinau, Kabupaten Tana Tidung, dan Kabupaten Bulungan.
Bahkan nantinya pasokan listrik ini juga akan dimanfaatkan untuk memasok energi terbarukan ke Kawasan Industri Hijau indonesia (KIHI) yang saat ini tengah dalam masa pembangunan di daerah Tanah Kuning, Bulungan.
Dalam membangun megaproyek ambisius ini, anggarannya pun cukup fantastis, karena mencapai USD 2,6 miliar.
Jumlah yang digelontorkan tersebut kurang lebih sekitar Rp 40 triliun jika dikonversikan ke mata uang Indonesia. ***