
inNalar.com – Anak muda bergaji pas-pasan siapa bilang tidak bisa mencapai level kehidupan merdeka finansial?
Kelas pakar yang diselenggarakan oleh Malaka Project berhasil memberikan pencerahan bagi kita. Menurut Narasumber sekaligus Co-Founder Akademi Crypto, Prof. Kalimasada, merdeka finansial tetap bisa diraih meski hanya bergaji UMR.
Dalam pemaparannya, Prof. Kalimasada menekankan bahwa kunci menggapai financial freedom bukan pada besar kecilnya gaji, tetapi pada strategi pengelolaan keuangan yang disiplin dan berkelanjutan.
Baca Juga: Transparan! Begini Cara BNN Musnahkan Ganja yang Aman Tanpa Bahayakan Masyarakat
Ini dia 6 tips anak muda agar bisa mencapai merdeka finansial meski gaji masih di kisaran UMR.
1. Punya lebih dari satu sumber pendapatan.
Jangan hanya bergantung pada gaji utama. Coba eksplorasi kerja sampingan atau proyek freelance.
2. Miliki tabungan minimal Rp10 juta di rekening.
Ini menjadi fondasi untuk menghadapi kebutuhan mendesak tanpa harus berutang.
3. Segera bebas dari utang konsumtif.
Utang adalah penghambat utama merdeka finansial. Lunasi secara bertahap dan hindari menambah cicilan.
4. Siapkan dana darurat.
Minimal 3 hingga 6 bulan dari total pengeluaran bulanan harus tersedia untuk kondisi tak terduga.
5. Melek investasi.
Inflasi terus menggerus nilai uang. Maka dari itu, penting untuk mulai berinvestasi, meski dari nominal kecil.
Baca Juga: Sosok dr Marwan Al Sultan, Direktur Rumah Sakit RI di Gaza Tewas Dibom Pasukan Israel
6. Terbuka untuk berbagi (sedekah).
Selain menjaga keseimbangan mental, sedekah juga membuka pintu rezeki dengan cara yang tak disangka.
Langkah-langkah ini menjadi bukti bahwa pengelolaan finansial yang bijak bisa dilakukan oleh siapa pun, tidak hanya mereka yang bergaji besar.
Kelas pakar ini membuka pandangan baru bahwa kunci utama bukan sekadar nominal, tapi mindset dan kebiasaan finansial yang sehat.
Bisa kita simpulkan pada penerapan enam prinsip di atas, bukan tidak mungkin pekerja bergaji pas-pasan pun bisa membangun kemandirian finansial secara bertahap dan berkelanjutan.***(Ahmad Nuryogi Ardiansyah)