Gaet China dan AS, Megaproyek Pabrik Nikel HPAL Rp67,5 Triliun di Kolaka Sulawesi Tenggara Diramal Sokong Produksi 2 Juta EV

inNalar.com – Pertambangan nikel dan pembangunan pabrik pengolahannya di Blok Pomalaa ini seolah jadi permata bersinar yang tersembunyi di salah satu sudut Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.

Bagaimana tidak, ada tiga pemain besar yang turut andil ingin mewujudkan megaproyek pembangunan nikel berteknologi HPAL, salah satunya adalah PT Vale Indonesia.

Sementara dua perusahaan besar lainnya yang juga terlibat menggarap megaproyek senilai Rp67,5 triliun ini adalah Zhejiang Huayou Cobalt Company dan Ford Motor Co.

Baca Juga: Pecah Rekor! Produksi Batu Bara Indonesia Tembus 717,59 Juta Ton, Apa Dampak Seriusnya ke Lingkungan?

Ketiga perusahaan besar tersebut berkolaborasi dalam urun realisasi pembangunan pabrik nikel yang diharapkan ke depannya mampu mengolah bijih nikel mentah menjadi produk baterai EV.

Jadi skemanya pabrik HPAL di Kolaka ini akan mengolah dan memurnikan bijih nikel mentah yang dieksplorasi dari Blok Pomalaa.

Melansir dari situs resmi perusahaan Vale, Blok Pomalaa diketahui memiliki luas konsesi 20.286 hektar.

Baca Juga: TikTok Akuisisi Tokopedia, Saham GOTO Langsung Terjun Bebas: Pertanda Apa?

Nantinya, roda keberlanjutan operasional pabrik berteknologi HPAL ini akan berada di bawah naungan PT Kolaka Nickel Indonesia.

Jika proses produksi smelter nikel sulfat ini rampung digarap, diproyeksikan setelahnya kolaborasi ketiga negara ini makin menguntungkan bagi ketiga pihak tersebut, terutama bagi perusahaan otomotif Ford.

Sebagaimana diketahui bahwa ambisi Ford saat bekerja sama dalam megaproyek ini, utamanya adalah untuk mendapat sokongan produksi 2 juta baterai EV dengan target realisasinya di tahun 2026.

Baca Juga: Awas Tergiur! BNI Pasang Promo Menarik Akhir Tahun: Jalan-jalan Dapat Diskon Rp1,2 Juta di Agoda, Batik Air dan Traveloka, Kok Bisa?

Nantinya akan ada pasokan terpisah untuk menyokong Perusahaan Ford dan Huayou terkait distribusi produk nikel pembentuk baterai EV.

Kerja sama antar tiga perusahaan global ini seolah saling menyambut dengan tangan terbuka, PT Vale Indonesia berperan dalam Proyek Strategis Nasional dalam mewujudkan hilirisasi industri nikel dalam negeri.

Sementara Huayou Cobalt adalah pihak pemroses komoditas nikel menjadi bernilai tinggi.

Baca Juga: Jadwal Live Streaming BWF World Tour Finals 2023 di TV Nasional, Mulai Kapan?

Adapun PT Vale Indonesia, sejalan dengan misi emas negeri ini dalam membangun hilirisasi industri dalam negeri, bakal menjadi kontributor penting dalam memajukan ekonomi nasional.

Fenomena tren mobil listrik memiliki peluang prospektif, sehingga megaproyek pabrik pengolah nikel limonit (berkadar rendah) dapat menghasilkan produk bahan baku baterai EV.

Melansir dari situs Pemerintah Kabupaten Kolaka, groundbreaking smelter nikel penghasil Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) ini diketahui telah dilaksanakan pada Minggu, 27 November 2022.

Baca Juga: Formasi PNS BPOM Ini Terbuka Lebar Bagi Lulusan D3 Anafarma, Bisa Punya Gaji Rp7,8 Juta Per Bulan?

Kehadiran perusahaan AS Ford ini semakin memperjelas alur produksi nikel dari hulu hingga hilirnya.

Dengan demikian, kolaborasi pembangunan pabrik ini diharapkan rampung digarap tahun 2025 dan mampu menyokong kebutuhan produksi baterai kendaraan listrik perusahaan Ford tahun 2026.

Sebagai informasi tambahan, Vale Indonesia diketahui juga tengah membangun pabrik nikel HPAL di Blok Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan.

Pembangunan smelter yang satu ini juga diketahui menggandeng Huayou dalam misi menggapai kapasitas produksi 60.000 ton nikel MHP setiap tahunnya.***

Rekomendasi