Fotografer Minggir Dulu! Berkunjung ke Desa Unik di Banten Ini Dilarang Memotret: Konsekuensinya Bikin Ngeri

inNalar.com – Di pedalaman Banten, terdapat sebuah desa unik yang memiliki beragam budaya dan adat yang berbeda dengan daerah – daerah pelosok lainnya di Indonesia. 

Jika memiliki skill fotografi atau terbiasa memotret hal-hal unik maupun pemandangan indah, rupanya harus ditunda dulu, ketika berkunjung ke pedalaman Banten ini. 

Bukan tanpa alasan, desa ini memiliki segenap peraturan yang ketat dan hukumannya tentu tidak main-main, salah satunya dilarang foto-foto atau video, kecuali jika sudah memiliki izin setempat. 

Baca Juga: Canggihnya Tambang Kaltim, Perusahaan Batu Bara di Berau Ini Mulai Andalkan Kecerdasan Buatan AI

Jangankan berniat untuk kepentingan komersial dan menggaet populeritas di media sosial, memotret untuk kebutuhan pribadi jalan-jalan saja, berfoto dan video sangat dilarang. 

Penasaran dengan nama tempatnya? Jika tidak bisa menebaknya, tempat yang dimaksud tersebut yaitu Kampung Kenakes, yang dihuni oleh suku Baduy. Mereka merupakan sub-etnis dari Suku Sunda. 

Masyarakat Baduy yang berada di pedalaman Banten tersebut tersebar di sekitar 59 kampung di Desa Kanakes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak.

Baca Juga: 13,5 KM dari Sleman, Kampung Unik di Yogyakarta Ini Pantang Tidur di Atas Kasur: Jika Melanggar…

Ternyata, tempatnya juga cukup luas, loh! kawasan pelosok ini memiliki wilayah yang mencapai 5.101.85 Hektare dan berada di ketinggian 300-600 meter di atas permukaan laut (mdpl). 

Melansir laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, pada Rabu (18/12), permukiman di Desa Kanekes ini dibagi menjadi dua wilayah, yaitu Baduy Tangtu atau Kajeroan, dan Baduy Panamping. 

Jika berkunjung ke sana, siap-siap menahan diri saja ya, untuk tidak bermain ponsel, memotret apalagi mem-video-kan, segala pernak-pernik keindahan dan peristiwa yang terjadi. 

Baca Juga: Inilah Tujuan Kolektor Wajib Punya Sertifikat Ini, Perhatikan Sebelum Mengoleksi Uang Kuno

Tentu, bagi sebagian orang, ini akan menjadi suatu ujian, apalagi saat masuk kawasan, disuguhkan pemandangan alam dan rumah-rumah panggung yang tersusun rapi juga saling berhadapan. 

Selain itu, pengunjung juga akan menemukan kearifan lokal di mana warga setempat beraktivitas dan menunjukkan tradisi uniknya, seperti bermain menganyam, bermain angklung dan sebagainya. 

Untuk diketahui juga, populasi orang Baduy di pelosok Banten ini sangat banyak, loh! yaitu sekitar 26 ribu jiwa, yang mayoritas menganut Sunda Wiwitan atau kepercayaan pada leluhur mereka. 

Baca Juga: Ciri Ciri Uang Kuno 1000 Gulden yang Dijual di Pelelangan dengan Harga Ratusan Juta Rupiah

Mayoritas warga berprofesi sebagai petani dengan sampingan sebagai pengrajin yang tentu tidak mengandalkan teknologi.

Sehingga kebijakan terkait penolakan layanan listrik, kabel internet dan pemasaran perangkat digital tidak menjadi kebutuhan bagi mereka. 

Mereka pun tidak suka difoto maupun selfi. Nah,  jika ketahuan memotret atau melakukan ha yang dilarang tersebut, bisa tebak apa konsekuensinya? 

Melansir dari YouTube Rama Komaruzaman, pada Rabu (18/12), larangan pemotretan berlaku di Baduy dalam dan biasanya sebelum masuk alat-alat elektronik diperiksa agar pasti dimatikan. 

Bahkan, terkadang perangkat-perangkat modern tersebut dikumpulkan atau sesepuh di sana turun tangan mengamankan. 

Konon, ketika ponsel dan sejenisnya yang di bawa pengunjung disentuh sesepuh Baduy, saat itu pengunjung tidak memiliki daya tarik dengan benda-benda tersebut. 

Namun, jika ada pengunjung yang memaksa dan diam-diam memotret, akan terjadi hal-hal tidak diinginkan, seperti sakit perut, sembuhnya yaitu jika ia menghapus hasil pemotretannya serta meminta maaf. 

Adapun, cerita yang lebih parahnya lagi, ketika diam-diam foto-foto, hasil potretannya tersebut ada yang mendadak hilang dari perangkatnya dan ada pula yang meledak ponselnya. 

Terlepas dari percaya atau tidak mengenai hukuman tersebut, sebagai pengunjung, tentu sudah menjadi kewajiban, menghargai dan menjungjung tinggi nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat setempat.***