Ford Terpikat Megaproyek Rp67,5 Triliun, Smelter Nikel di Kolaka Sulawesi Tenggara Ini Digarap 3 Emiten Global, Siapa Saja?

inNalar.com – Proyek pembangunan smelter nikel di Kolaka, Sulawesi Tenggara ini tampaknya berhasil memikat beberapa pemain besar.

Tidak hanya PT Vale Indonesia Tbk saja yang terlibat dalam upaya realisasi pabrik nikel penghasil bahan baku baterai kendaraan listrik.

Ada dua aktor besar lain yang ikut nimbrung dalam proyek senilai Rp67,5 triliun atau USD 4,5 miliar.

Baca Juga: Jadwal Live Streaming BWF World Tour Finals 2023 di TV Nasional, Mulai Kapan?

Pemain besar pertama adalah Huayou Cobalt Co., perusahaan yang bergerak di bidang bisnis industri bahan baterai lithium.

Selanjutnya ada pemain besar kedua, yaitu Ford Motor Company, yang mulai melirik investasi proyek smelter penghasil bahan kimia nikel untuk kendaraan listrik.

Sementara untuk PT Vale Indonesia sendiri merupakan perusahaan tambang paling elit yang memiliki persebaran wilayah konsesi seluas 118.017 hektare.

Baca Juga: Formasi PNS BPOM Ini Terbuka Lebar Bagi Lulusan D3 Anafarma, Bisa Punya Gaji Rp7,8 Juta Per Bulan?

Melansir dari laman Geologi ESDM, terkhusus area eksplorasi nikel di Sulawesi Tenggara, wilayah konsesi milik perusahaan ini diketahui luasnya 24.752 hektare.

Dengan demikian, ada tiga pemain besar yang bakal menggarap pembangunan pabrik olahan nikel limonit berkadar rendah ini.

Mulai dari Vale Indonesia yang menggandeng perusahaan China Huayou Cobalt Co. hingga perusahaan Amerika Serikat untuk pertama kalinya bergabung dalam proyek strategis nasional di Sulawesi Tenggara ini.

Baca Juga: Gandeng Marriott Internasional, Pakuwon Bangun Superblok Senilai Rp5 Triliun di IKN, Optimis Roda Investasi Terus Berjalan

Perusahaan mobil Amerika Serikat (AS) ini diketahui bergabung menjadi investor pembangunan pabrik ini.

Pasalnya pihak Ford pun mulai menangkap adanya peluang demam mobil listrik di masa depan.

Selain itu, dengan bergabungnya emiten terkenal AS ini ke dalam kerja sama realisasi smelter nikel antara Vale dan Huayou, perusahaannya mampu mendapatkan pasokan 120 ribu ton produk olahan nikel yang dapat digunakan untuk baterai mobil listrik.

Baca Juga: Hasil Drawing BWF World Tour Finals 2023: Anthony Ginting Gabung Grup Neraka

Lebih lanjut, Ford memang diketahui memiliki ambisi khusus untuk bisa meluncurkan 2 juta unit mobil listrik setiap tahunnya.

Relisasi target yang ditetapkan perusahaan AS ini diharapkan mampu terwujud setidaknya pada akhir 2025.

Bergabungnya Ford di antara Vale Indonesia dan Huayou Cobalt Co merupakan bagian dari kerja sama yang cukup besar dalam melancarkan hilirisasi industri dalam negeri.

Baca Juga: Investasi Rp16,5 Triliun, Raja Tambang di Halmahera Maluku Utara Ini Punya Pabrik Nikel Sulfat Tercanggih, Mampu Sulap Bahan Kadar Rendah Jadi…

Telah menjadi rahasia umum, bahkan diakui dunia, bahwa cadangan nikel terbesar di dunia ada di Indonesia dengan potensinya 4,5 miliar ton.

Sebagai informasi bahwa proyek di Kolaka, Sulawesi Tenggara ini akan berlokasi di Blok Pomalaa.

Smelter yang akan dibangun ini menggunakan nikel limonit atau bahan nikel yang berkadar rendah guna diolah kembali menjadi produk baterai untuk kendaraan listrik.

Baca Juga: Cuma Sampai Januari, Pakai Paylater BCA Bisa Dapat Promo Cashback Rp100 Ribu Per Akun, Minimal Transaksi…

Proses pengolahannya pun diketahui menggunakan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL ) yang diharapkan mampu mendukung pasokan baterai mobil listrik.

Melansir dari laman Pemerintah Kabupaten Kolaka, pembangunan smelter nikel hasil kerja sama antara perusahaan China dan AS ini diramalkan bakal mampu produksi Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) berkapasitas 120 ribu ton setiap tahunnya.***

Rekomendasi