Fakta Unik Palembang Sebagai Kota Tertua di Indonesia, Anak Sekolah Bisa Belajar Sejarah Sambil Liburan

inNalar.com – Liburan sekolah sambil belajar sejarah memang paling pas mengunjungi kota tertua di Indonesia ini, di mana lagi kalau bukan Palembang.

Palembang bukan hanya sekadar ibu kota Sumatera Selatan saja lho. Banyak fakta unik yang bakal bikin kita tercengang.

Sebagai kota tertua di Indonesia, daerah yang dibelah oleh Sungai Musi ini bakal mengajari kita banyak sekali fakta sejarah yang unik.

Baca Juga: 15,7 KM dari Pusat Majalengka, Desa Unik di Jawa Barat Ini Matahari Paginya Selalu Kesiangan: Morning Person Apa Kabar?

Tentunya, semakin tua suatu wilayah akan semakin berlimpah pula hal langka yang bakal kita temukan. Penasaran apa saja?

Pastinya berbicara mengenai daerah yang luasnya 400,61 kilometer persegi ini bukan hanya soal camilan legendaris Pempek ya.

Itu memang termasuk, tetapi tahukah bahwa sematan Palembang sebagai kota tertua di Indonesia bukanlah disebut secara acak.

Baca Juga: Karakteristik Uang Lama 10.000 Rupiah Gambar Gamelan dan Candi Prambanan Tahun 1979, Harganya Naik Pesat!

Anak sekolah yang sedang belajar Sejarah tentunya sedikit banyak mengetahui fakta unik yang satu ini.

Pertama kali Palembang dinobatkan menjadi sebuah kota, yaitu pada 16 Juni 682 Masehi.

Sandaran penanggalan itu diketahui dari adanya temuan batu terukir berbahasa Melayu Kuno yang bernama Prasasti Kedukan Bukit.

Baca Juga: Investasi Unik 2025, Deretan Uang Kertas Kuno Ini Dihargai Rentang Rp 1 Juta Hingga Rp 5 Juta!

Sebagian dari kamu bisa jadi sudah memahami bahwa dahulu hamparan Palembang adalah wilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya.

Nah, dalam temuan prasasti itu tertulis pula kota tertua di Indonesia ini dahulu didirikan oleh Raja Sriwijaya bernama Dapunta Hyang.

Prasasti tersebut ditemukan di daerah perbukitan Siguntang, tepatnya menyempil di ketinggian 30 meter dari permukaan laut.

Itulah mengapa Palembang sempat menjadi ibukota dari kerajaan terkuat Melayu, yaitu Sriwijaya.

Bergeser ke perkampungan sisi Sungai Musi, ada fakta unik selanjutnya. Yaitu, kota tertua di Indonesia ini sedari 300 tahun silam dihuni oleh masyarakat dari berbagai etnis.

Mulai dari penduduk Arab pendatang yang dahulu menyebarkan Islam sembari berdagang.

Baca Juga: Fakta Menarik Sekolah di Magelang, Nama SD Negeri di Jawa Tengah Ini Bikin Jedag Jedug Bacanya

Kebanyakan penduduk beretnis Arab tinggalnya di daerah Lorong Asia dan Kampung Sungai Bayas.

Pernah dengar tentang fakta unik penduduk Arab di Indonesia? Jarang sekali kamu melihat wanita Arab yang menikah dengan pria Indonesia.

Tidak heran itu terjadi, karena tradisi unik tersebut memang juga mengakar kuat dari keturunan Arab di Palembang.

Baca Juga: Nama Sekolah di Pekalongan, Jawa Tengah Ini Unik, Gen Alpha Bakal Semangat Kalau Belajar di Sini

Para pendatang Arab memang menerapkan tradisi turun-temurun yang hingga kini masih dipertahankan. Jadi, pria Arab boleh menikahi wanita Indonesia.

Namun sebaliknya perempuan gadis mereka harus menjaga garis keturunan mereka dengan tetap menikah dengan pria berdarah Timur Tengah.

Perkembangan dakwah Islam yang sangat pesat di Palembang sayang untuk dilewatkan bagi anak-anak sekolah yang sedang belajar sejarah Islam.

Jika bertandang ke kota terbesar kedua di Pulau Sumatera ini jangan lupa lihat al quran terbesar di dunia.

Al Quran terbesar di dunia ada di Soak Bujang Gandus. Kamu akan diperlihatkan sebuah mushaf raksasa berukuran 1,77 x 1,4 meter.

Tebal mushafnya saja mencapai 2,5 meter dan proses pembuatannya pun memakan waktu sekitar 7 tahun, mulai sejak 2002 sampai 2009.

Melansir dari Jazirah Jurnal Peradaban dan Kebudayaan, disebutkan bahwa budaya Arab dan Islam sendiri mulai mengakar kuat di Palembang pada tahun 1659 – 1708.

Sementara masuknya orang Tionghoa ke kota terbesar di Sumatera Selatan ini diungkap dalam artikel ilmiah Unsri, bahwa etnis ini mulai masuk sejak abad ke-7.

Jadi, jangan heran jika kamu melihat berbagai rupa wajah cantik dan ganteng warga lokal di sana.

Pasalnya, gen warga Sumatera Selatan sendiri sudah bercampur dengan garis keturunan Tionghoa dan Arab.

Jika berkunjung ke kota ini jangan sampai melewatkan kuliner Pempek yang ternyata juga menyimpan sejarah erat dengan orang-orang keturunan Tionghoa di sana.

Anak sekolah kebanyakan belum tahu tentang hal ini, tahukah bahwa sebutan kuliner asam gurih Pempek berasal dari kata ‘Apek’ atau ‘Pek-pek’.

Sebutan Pek-pek biasa diucapkan bagi para pembeli kepada para penjual bertnis Tionghoa.***