

inNalar.com – Performa kinerja PT Aneka Tambang Tbk atau ANTAM di sektor penjualan ekspor bauksit tidak secerah pencapaian bisnis nikel dan emasnya.
Usai keran ekspor bauksit ditutup, perusahaan mengarahkan produksi hasil tambangnya sebagai umpan Pabrik Chemical Grade Alumina di Tayan, Kalimantan Barat.
Tampak adanya kemerosotan sektor penjualan ekspor dalam setahun terakhir dari yang mulanya mampu raup pendapatan sebesar Rp1,07 triliun.
Pada periode kuartal III tahun 2023, perseroan hanya mampu bukukan penerimaan sektor ini sebesar Rp664 miliar.
Kendati demikian, kinerja sektor penjualan dalam negerinya justru mengalami peningkatan signifikan, yakni tumbuh 59,4 persen.
Apabila pada tahun 2022, ANTAM hanya meraih pendapatan dari sektor lokal sevesar Rp370 miliar.
Baca Juga: Dapat Reward Dana Rp10 Miliar dari Pemprov Sumbar, Pemkab Tanah Datar Bersiap Perbaiki Jalan Rusak
Maka dengan adanya arah kebijakan yang mendukung alokasi raw material bauksit untuk diolah di dalam negeri, pendapatannya tembus Rp589 miliar.
Salah satu langkah strategis perusahaan, yaitu dengan memaksimalkan bahan mentah bauksit yang diambil dari area konsesi miliknya di Kalimantan Barat.
Kemudian dari hasil tambang bauksit itu nantinya diarahkan untuk mendukung penuh produksi Pabrik Chemical Grade Alumina (CGA) di Tayan.
Smelter CGA ini dikelola oleh PT Indonesia Chemical Alumina (ICA) yang juga termasuk dari aset kepunyaan ANTAM.
Adapun kapasitas pabrik pengolah dan pemurnian bauksit ini kapasitasnya 300.000 meterik ton alumina per tahun.
Terkait kinerja volume produksit bauksit PT Aneka Tambang Tbk sendiri pada tahun 2023 sebesar 989.000 Wet Metric Ton (WMT).
Sementara untuk kinerja produksi alumina di tahun yang sama mencapai 114.524 ton.
Patut diacungi jempol karena sebanyak 108.351 ton alumina di antaranya berhasil dijual oleh ANTAM.
Penting untuk diketahui, bijih bauksit adalah raw material yang bisa diolah menjadi Smelter Grade Alumina (SGA) untuk kemudian bisa dikembangkan lagi menjadi aluminium ingot.
Daerah penghasil bauksit dengan kualitas tinggi tersebar di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, dan masih banyak lagi daerah lainnya.
Salah satu site tambang paling berlimpah diketahui berada di daerah Tayan, Kabupaten Sanggau.
Cadangan bauksit dalam negeri yang tersebar di Kalimantan Barat mendominasi hingga 76,7 persen pasokan nasional.
Meski imbas jangka pendek penutupan keran ekspor bauksit berdampak pada penurunan kinerja ekspor bahan mentah.
Namun jangka panjangnya diharapkan hasil dari ekspor produk turunan raw material ini dapat mengganda berkali lipat dibanding ekspor bijih bauksit.***