

inNalar.com – Dikenal sebagai salah satu kampung tertua di bali, dahulunya nama Desa Sudaju dikenal dengan nama “Sariaji”. Saat ini berubah menjadi Desa Sudaji yang mempunyai makna tersendri “suda” berarti bersih dan “aji’ berarti ajaran.
Terdaftar dalam salah satu kampung yang masuk 50 besar anugerah desa wisata Indonesia 2022 yang diberikan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Pada tahun 2019, Desa Sudaji berhasil meraih juara 1 tingkat provinsi dalam perlombaan desa wisata. Hal ini menjadi salah satu prestasi lagi yang diraih oleh Desa Sudaji.
Baca Juga: Curug Cibuluh Gunung Halu, Pesona Alam Tersembunyi yang Jarang Terekspos, Penasaran?
Pedesaannya memiliki luas wilayah 1.834,55 hektar, sehingga butuh waktu 2 jam dari Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali ke Desa Wisata Sudaji.
Wilayahnya terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu meliputi 945 hektare wilayah pemukiman, 453 hektare wilayah persawahan, 76 hektare wilayah perkebunan, 20 hektare wilayah kuburan, 328,55 hektare wilayah pekarangan, 10 hektare wilayah perkantoran, dan 20 hektare wilayah prasarana umum.
Kampung Sudaji memiliki curah hujan cukup tinggi dengan rata-rata suhu pertahunnya 18-23 derajat celcius.
Baca Juga: Bermula Dari Hobi Ternak Lebah, Mahasiswa Gen Z Asal Pacitan Raup Jutaan Rupiah Sekali Transaksi
Hal ini dikarenakan lokasi desa yang termasuk dalam dataran tinggi dan pegunungan 200-400m diatas permukaan laut.
Kampung ini memiliki tarian adat khas Bernama Tari Taksu Budji yang memiliki makna yang sakral dan berarti kekuatan dari dalam diri yang memancarkan sinar ketika tulus ikhlas.
Selain di kampung ini, terdapat tradisi Bukakak Desa. Tradisi bukakak ini telah dilakukan sejak lama dan diadakan setahun sekali pada purnama kasa, yang juga merupakan rangkaian peristiwa dalam piodalan di Pura Desa Sudaji. Ini adalah warisan dari leluhur Desa Sudaji.
Baca Juga: Bermula Dari Hobi Ternak Lebah, Mahasiswa Gen Z Asal Pacitan Raup Jutaan Rupiah Sekali Transaksi
Tujuan dilaksanakannya kegiatan ini adalah sebagai ucapan syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi atas kesuburan tanah dan hasil panen yang perlimbah.
Terdapat dua jenis Bukakak, antara lain Bukakak Alit (kecil) yang merupakan Bukakak Alit dibuat dan diarak dari Pura Taman di Banjar Dukuh Desa Sudaji ke perempatan desa.
Sementara Bukakak Ageng (besar) merupakan Bukakak Ageng dibuat di Pura Desa Sudaji dan kemudian dibawa ke perempatan kampung.
Baca Juga: Sejarah Terpendam di Hutan Jati Jawa Timur yang Menguak Peninggalan Kejayaan Mojokerto
Berkat tanah yang subur, Kampung Sudaji baik untuk ditanami beragam aneka tanaman seperti padi, buah durian, manggis, dan rambutan. selain itu desa sibadji memiliki hutan namaste yang biasa digunakan sebagai tempat meditasi.
Kampung ini masih menganut budaya adat yang kuat, setiap purnama sasih karo, masyarakat di Kampung sudaji melaksanakan festival bukakak yang berujuan sebagai bentuk ucapan syukur kepasa TYME karena telah diberkahi dengan tanah yang subur dan melimpah, upacara ini merupakan kegiatan turun-temurun yang telah dilakukan bertahun tahun.
Komunitas Sudaji membuat banyak akomodasi buatan tangan menggunakan bahan organik. memiliki “OMStay” yang terdiri dari empat rumah bambu yang dibangun secara tradisional dalam gaya yang mirip dengan rumah sapi Bali. Di samping kolam renang dan air terjun kolam bundar, bangunan eksklusif ini menghadap langsung ke Wantilan.
Bangunan-bangunan ini ramah lingkungan, dihiasi dengan indah, memiliki langit-langit tinggi, dan tempat tidur kanopi mewah yang indah. Semua bangunan ini dibuat dengan standar tertinggi dan dirawat dengan baik serta kamar yang dilengkapi kamarmandi dalam dan luar ruangan.
Misi tempat berkelanjutan Sudaji Green, yang telah dikembangkan sejak tahun 2010 oleh seorang penekun pariwisata bernama Zanzan dalah untuk menciptakan masa depan yang berkelanjutan bagi generasi berikutnya, di mana tidak ada plastik, bahan kimia berbahaya, dan pupuk beracun.
Di sana, manusia dan alam bekerja sama dengan baik. Mereka melihat bahwa ada hubungan timbal balik manusia dengan alam. Meneruskan setiap tradisi dan pemahaman yang diberikan oleh nenek moyang.
Tidak hanya menarik perhatian wisatawan dalam negeri, desa wisata Sudaji ini berhasil menarik perhatian wisatawan luar negeri dengan kelestarian lingkungan yang selalu dijaga oleh masyarakat.
Wisatawan dengan rasa ingi tahu tentang budaya bali sebagian besar akan berkunjung dan belajar langsung kebudayaan tersebut.
Namun perlu adanya perhatian untuk mengatur itu semua, sehingga budaya dan adat bali tidak rusak dan masih terjaga keasliannya.
Dengan memberdayakan masyarakat melalui keterlibatan komunitas sudaji untuk memberikan fasilitas dan pendidikan dalam pertukaran budaya, serta menghubungkan antara kepentingan manusia dan kepedulian lingkungan.***(Gebriel Hemas)