

inNalar.com – Aksi nasionalisasi jalur laut Kanal Suez peninggalan Mantan Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser makin memperlihatkan keganasannya.
Bagaimana tidak, Otoritas Terusan Suez Mesir sempat umumkan pendapatan Terusan Suez per semester I tahun 2023 tembus rekor tertinggi sepanjang sejarah.
Pada periode tersebut, revenue sektor lalu lintas gerbang Asia-Afrika tersebut berhasil mencapai US$ 9,4 miliar.
Tren pendapatannya mengalami kenaikan dari yang setahun sebelumnya hanya US$ 7 miliar.
Situs Statista mengungkap laju pendapatan Mesir sektor Terusan Suez yang dirilis pada Maret 2023,
Tercatat dalam data tersebut bahwa rata-rata revenue mulai Januari berkisar E£ 23 miliar atau setara mendekati US$ 743 juta.
State Information Service Egypt mengungkap bahwa kenaikan pendapatan fantastis tersebut dipicu oleh beberapa faktor.
Sebagai gambaran awal, pada tahun 2022 nilai mata uang Mesir terhadap dollar AS mengalami penurunan.
Saat itu, kurs per dollar AS itu nilainya setara 15,7 Pound Mesir. Alhasil, pendapatan Terusan Suez juga ikut menurun kala itu.
Kondisi berbalik saat setahun kemudian nilai mata uang negaranya menguat menjadi 30,9 Pound Mesir per dollar AS.
Otoritas Terusan Suez (Suez Canal Authority) langsung mencatatkan pertumbuhan pendapatan hingga 20,3 persen pada November 2023, yakni sebesar US$ 854,7 juta.
Osama Rabie selaku ketua otoritasnya membeberka bahwa pencapaian itu berhasil melampaui pendapatan tahun sebelumnya yang ketika itu hanya tembus US$ 710,3 juta.
Baca Juga: Laba Bersih PT Satyamitra Kemas Lestari Tbk Terjun Bebas, Ternyata Segini Jumlah Utangnya
Kenaikan pendapatan didukung oleh kenaikan kuantitas lalu-lintas kapal yang berlalu-lalang di jalur tersebut.
Selama November 2023 saja, terdapat 2.264 kapal melintas Terusan Suez, naik 4,3 persen dari periode serupa di tahun sebelumnya.
Tidak hanya itu, pendapatan Mesir makin cuan tatkala tonase kargo kapal nanjak 8,2 persen pada periode tersebut.
Otoritas setempat mencatat setidaknya ada 135,5 juta ton kargo yang diangkut melintasi Kanal Suez.
Dengan demikian, kondisi kenaikan pendapatan yang dipicu penguatan nilai mata uang Mesir terhadap dollar AS tidak hanya mencapi pemicu tunggal.
Aktivitas ekonomi di jalur Terusan Suez pun ikut membantu meroketkan revenue, terlihat dari naiknya arus lalu-lintas kapal dan berat kargo kapal yang mengalami peningkatan selama setahun terakhir.
Sebagai informasi, jalur gerbang internasional ini dahulu diduduki oleh Inggris dan Perancis.
Namun usai Presiden Mesir yang kala itu dipimpin oleh Nasser menyatakan aksi nasionalisasi Terusan Suez.
Penerapan retribusi bagi kapal yang melintas kanal tersebut sempat membangkitkan amarah Inggris hingga akhirnya terjadilah Krisis Suez pada 1956.
Sebabnya adalah Inggris ketakutan jalur pengangkutan minyak dari Timur Tengah ke wilayah Eropa akan terganggu sebab adanya kebijakan tersebut.***