Dulu Dicuri! 7 Wilayah Ini Balik Lagi ke Indonesia, Nomor 6 Jadi Konflik Antar Dua Negara Paling Sengit

inNalar.com – Sebagai negeri maritim Indonesia memiliki wilayah kedaulatan area darat, laut, dan udara yang cukup luas.

Wilayah laut Indonesia tercatat sebagai salah satu negara yang mengalami penambahan luas perairan terbesar di dunia.

Sejak deklarasi Juanda tahun 1957 garis dasar laut Indonesia bertambah seluas 4209 km persegi.

Baca Juga: Inovasi Mutakhir Bernilai Rp 3 Triliun di NTT, Ada Jembatan Bisa Jadi Pembangkit Listrik Daerah?

Luas tersebut setara dengan luas pulau Madura. Namun, prestasi ini tidak banyak diapresiasi, pasalnya hanya sebagian pihak saja yang menyadari bahwa Indonesia mengalami penambahan luas wilayahnya.

Berikut ini adalah 7 wilayah asli Indonesia yang sering diklaim negara luar tetapi gagal dilakukan.

1. Blok Ambalat

Baca Juga: Niat Ingin Lejitkan Ekonomi, AS Malah Jadi Ancaman Dunia Gegara Proyek Mahal Senilai USD 6 Miliar Ini

Blok Ambalat merupakan blok laut seluas 15.235 km² yang terletak di laut Sulawesi, perbatasan darat Sabah, Malaysia dengan Kalimantan Timur.

Blok Ambalat menjadi objek sengketa berkepanjangan antara Indonesia dengan Malaysia.

Terkait status kepemilikan wilayah tersebut, Ambalat diketahui mengandung banyak minyak dan gas.

Baca Juga: Sempat Hiatus Gegara Sengketa Lahan, Bendungan Rp2,7 Triliun Ini Akhirnya Jadi Simbol Kemakmuran NTT

Puncak masalahnya terjadi pada tahun 1960, ketika Malaysia membuat pemetaan daerah baru.

Negeri Jiran tersebut menyebut Blok Ambalat termasuk dalam wilayah Malaysia.

Hal itu membuat Indonesia tidak terima dan membuat situasi kian memanas.

Baca Juga: Rasio Kredit Macet Melandai, Ini 3 Strategi Cantik BRI Jaga dan Tingkatkan Kualitas Aset

Pasalnya Indonesia begitu yakin bahwa Ambalat adalah miliknya sehingga konflik kepemilikan wilayah masih tetap bergulir hingga puluhan tahun.

Akhirnya pada tahun 1979 peta yang dibuat Malaysia gugur setelah peta dari hukum laut dunia yakni United Nations convention On The Law of the Sea menyebutkan bahwa Ambalat adalah milik Indonesia.

Hingga kini ini Ambalat masih tetap milik Indonesia beserta kekayaan alam minyak dan gas yang melimpah.

Baca Juga: Gelombang Laut Capai 25 Meter! Selat Mematikan Dekat Amerika Selatan Ini Lahap 800 Kapal hingga 20 Ribu Nyawa

2. Tanjung Datuk

Konflik Indonesia dan Malaysia kembali terjadi di kawasan Tanjung Datuk Kalimantan Barat.

Konflik ini terjadi tahun 2014 saat prajurit TNI Angkatan Laut sedang berjaga-jaga yang melihat enam kapal asal Malaysia tampak sibuk di perairan Tanjung Datuk sedang membangun sebuah mercusuar tanpa izin.

Pembangunan mercusuar tersebut berhasil dihentikan oleh TNI.

Pihak Malaysia tidak merasa bersalah sama sekali justru berdalih bahwa aktivitas di Tanjung Datuk hanya untuk membantu navigasi kapal.

Setelah melalui proses yang cukup panjang akhirnya Malaysia mengakui kesalahannya dan membongkar pancang mercusuar di wilayah Tanjung Datuk yang sudah sempat berdiri.

Melalui media terbuka Malaysia mengakui kesalahannya dan niat buruk mereka yang ingin mengklaim wilayah Tanjung Datuk.

3. Pulau Miangas

Pulau yang ditumbuhi banyak pohon kelapa ini sempat jadi rebutan antara Indonesia dan Filipina.

Para penduduk di perbatasan kedua negara ini sering terlibat konflik panas.

Selain itu, Miangas dijadikan jalur alternatif untuk berbagai macam tindak kriminal seperti penyelundupan perompak dan perdagangan manusia.

Dalam sejarah singkatnya Amerika yang pernah menjajah wilayah Filipina memasukkan pulau Miangas sebagai wilayah jajahan mereka juga.

Belanda yang saat itu menjajah Indonesia memprotes klaim Amerika karena pulau AS masih berada di wilayah terluar peta Indonesia.

Akhirnya ketika penjajahan Belanda atas Indonesia berakhir maka seluruh wilayah bekas Belanda jadi milik Indonesia termasuk pulau miangas.

Miagas menjadi wilayah yang terus berkembang dan menjadi Kecamatan yang masuk Kabupaten Talaud.

4. Perairan Natuna

Sengketa di perairan Natuna awalnya bermula saat China secara egois mengklaim sepihak atas kepemilikan seluruh wilayah di Laut China Selatan.

Saat itu, perairan Natuna termasuk di dalamnya yang diklaim China sebagai milik mereka pada tahun 2010.

Kapal-kapal penangkap ikan asal Tiongkok terlihat bebas lalu lalang di sana.

Indonesia berhasil menangkap kapal penyusup dan menahannya untuk beberapa hari.

Tahun 2016 Jokowi menyambangi Natuna dengan menaiki KRI Imam Bonjol.

Jokowi menegaskan bahwa perairan Natuna termasuk dalam zona ekonomi eksklusif Indonesia.

Pada tahun 2017 Indonesia meluncurkan peta negara kesatuan Republik Indonesia versi yang baru nama Laut China Selatan juga diganti menjadi Laut Natuna Utara.

Nama perairan yang diubah sudah sesuai dengan Konvensi unclos tahun 1982.

Oleh karena itu, China tak berani lagi mengklaim perairan Natuna sebagai milik mereka.

5. Pulau Sebatik

Pulau yang terletak di pulau Kalimantan Utara ini menjadi salah satu pulau rawan konflik antara Indonesia dan Malaysia.

Konflik didasari karena adanya perbedaan koordinat antara garis batas dengan menggunakan teknologi dulu dan sekarang.

Sudah banyak penanda perbatasan antara Indonesia dan Malaysia di Pulau Sebatik.

Namun, sering sekali Patok perbatasan itu hilang atau berpindah tempat sehingga satu-satunya ikon unik perbatasan kedua negara itu bisa dilihat dari rumah dua negara ini.

Rumah ini pernah viral di tahun 2020 silam dari beberapa laporan terbaru terkait batas wilayah yang masuk ke Indonesia seluas 84 hektar.

Oleh sebab itu, Indonesia memiliki hak dan wewenang mutlak untuk mengelola perbatasan dan menjaga kedaulatan NKRI.

6. Kepulauan Riau

Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathtir Muhammad mengeluarkan pernyataan kontroversialnya dengan menyebut bahwa Malaysia seharusnya mengklaim Singapura dan Kepulauan Riau sebagai milik mereka.

Adapun alasan Mahatir diungkapkannya karena Kepulauan Riau merupakan bagian dari tanah Melayu yang memiliki hubungan historis dengan Malaysia.

Ia mengaku wilayah Malaysia pada masa lalu terbentang dari Tanah genting Kra di Thailand Kepulauan Riau dan Singapura.

Pernyataan kontroversial tersebut sempat membuat masyarakat Indonesia geram dan marah.

Pemerintah Indonesia menyebut bahwa pernyataan Mahathtir tidak memiliki dasar hukum dan alasan yang kuat.

Selain itu, Indonesia menyesalkan pernyataan tersebut harus keluar dari mantan Perdana Menteri Malaysia yang dinilai dapat menggerus hubungan persahabatan antara kedua negara.

7. Papua

Tidak sedikit negara di dunia ini yang menginginkan Papua bagian dari mereka.

Selain kekayaan alam yang melimpah tentu saja budaya unik Papua membuat mereka jadi rebutan negara tetangga salah duanya adalah Australia dan Vanuatu.

Kedua negara ini paling sering menyinggung isu HAM di Papua di setiap sidang PBB.

Australia dan Vanuatu menyerang nama Indonesia dengan memakai Papua sebagai senjatanya.

Oleh karena itu, banyak yang menduga bahwa ini adalah salah satu cara Australia dan Vanuatu agar Papua merdeka atau keluar dari NKRI.

Namun, hingga kini meski ada beberapa pihak yang menginginkan Papua berpisah dari Indonesia tidak sedikit yang memilih bertahan di Bumi Pertiwi. ***(Ummi Hasanah)

 

Rekomendasi