

inNalar.com – Sungguh kabar menggembirakan bagi masyarakat Manado dan Bitung, karena akhirnya mereka bisa menikmati jalan tol pertama di Sulawesi Utara.
Demi mendukung KEK Bitung, Jasa Marga dibela-belain investasi proyek Jalan Tol Manado-Bitung di Sulawesi Utara setidaknya hingga Rp5 triliun.
Dengan harapan arus mobilitas kendaraan dari dan menuju kawasan ekonomi khusus tersebut dapat memangkas ongkos distribusi.
Tentunya usai adanya Jalan Tol Manado-Bitung ini, diharapkan kualitas barang perniagaan para pelaku industri pun semakin meningkat daya saingnya.
Usai melewati sejumlah permasalahan pembebasan lahan, jalan raya bebas hambatan ini berhasil menghubungkan kedua kota strategis di Sulawesi Utara ini.
Namun sayangnya usai jalan ini mulai beroperasi, muncul banyak kekhawatiran dari berbagai pihak, utamanya Jasa Marga selaku pihak pembangunnya.
Kekhawatiran tersebut bermula saat arus lalu-lintas jalan lebar ini diketahui masih sepi pelintas.
Hal tersebut rupanya juga dipengaruhi oleh belum terlalu berkembangnya stimulan penggerak ekonominya.
Adapun penggerak ekonomi yang dimaksudkan adalah Kawasan Ekonomi Khusus di daerah Bitung, Sulawesi Utara.
Selain itu, KSPN Manado-Bitung-Likupang juga masuk ke dalam titik strategis perangsang gerak ekonominya.
Secara bisnis, proyek jalur darat ini diprediksi bakal jadi investasi yang paling perlu strategi tokcer untuk membalikkan keadaan dari rugi menjadi untung.
Pasalnya apabila KEK Bitung belum menunjukkan hilal geliat ekonominya, investasi Jalan Tol di Manado, Sulawesi Utara ini terancam belum bisa balik modal hingga 40 tahun mendatang.
Belum berkembangnya KEK Bitung ini juga ternyata disebabkan karena adanya timeline yang sedikit nyentrik.
Nyentriknya di sin adalah ketika jalan lebar ini dibangun lebih awal sebelum KEK Bitung dikembangkan.
Sehingga arus lalu lintas masih belum sesuai ekspektasi dari segi ekonominya.
Dari permasalahan itulah investasi jalan tol di Sulawesi Utara ini seolah menjadi PR besar Jasa Marga dan Pemerintah RI.
Walau bagaimana pun peluang geliat pembangunan daerah tersebut masih ada menurut para peneliti dari Universitas Hasanuddin.
Menurut analisis dari para peneliti Unhas, masih ada peluang keberhasilan berkaca dari pertumbuhan ekonomi pasca pandemi yang mampu bangkit dari keterpurukannya.
Selain itu, melihat pertumbuhan ekonomi pada kurun waktu 2015 – 2019 pun cenderung stabil.
“Tingkat pertumbuhan ekonomi menunjukkan pertumbuhan yang stabil selama 2015 hingga 2019,” dikutip dari penelitian tentang “Strategi Keberhasilan KPBU Jalan Tol Manado-Bitung.”
Harapannya dengan pengalaman Jasa Marga yang telah melanglang buana berkecimpung di dunia jalan tol sejak 1978, ada strategi khusus untuk terus mengupayakan kondisi yang membuat was-was ini.
Upaya pengajuan perpanjang masa konsesi dan adanya kompensasi khusus dari pemerintah kepada badan usaha dengan skema availability payment.
Gotong-royong Pemerintah RI dan Badan Usaha diperlukan dalam mencapai nilai ekonomi sekaligus kualitas kehidupan masyarakatnya.
Sebagai informasi tambahan, proyek jalan tol ini panjangnya membentang 39,9 kilometer.
Adapun total investasi yang dikerahkan mencapai Rp8,935 triliun, merujuk pada data KPPIP.
Skema pembiayaan infrastruktur tol pertama di Sulawesi Utara ini adalah Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha.
Pembangunan jalan tol ini dibagi menjadi dua seksi yang terhubung langsung dengan kawasan KEK dan Pelabuhan Internasional.
Akses ke objek wisata yang tersebar di Manado, Minahasa Utara, dan Bitung pun diharapkan semakin mudah via tol ini.***