Ditinggal Mitra AS dari Megaproyek Rp30,55 T, Cuan Batu Bara Bukit Asam di Tanjung Enim Sumatera Selatan Masih Sakti Berkat Emiten Ini, Tapi…


inNalar.com –
Perusahaan batu bara yang berpusat di Tanjung Enim, Sumatera Selatan ini tidak dapat dipungkiri ikut terdampak dengan perginya mitra proyek besar asal Amerika Serikat, Air Products.

Sebelumnya, megaproyek gasifikasi batu bara DME menjadi harapan banyak pihak tidak hanya untuk negara dan masyarakat, melainkan juga untuk PT Bukit Asam Tbk, selaku pemasok bahan bakunya.

Namun apa mau dikata, mitra potensial yang awalnya bakal kucurkan dana hingga 2,1 miliar USD atau setara dengan Rp30 triliun dalam proyek ini pilih untuk mengundurkan diri.

Baca Juga: Debit Air Sudah Terisi 53 Persen, Bendungan Senilai Rp1,65 Triliun Ini Akan Aliri Lahan Seluas 2.214 Ha, Diresmikan Awal 2024!

Salah satu penyebabnya disebut-sebut karena belum adanya titik temu yang pas mengenai skema perjanjian yang bakal dilakukan antara PTBA dan Air Products.

Alhasil mencari investor baru berlisensi sebagaimana mitra sebelumnya menjadi satu-satunya cara untuk melanjutkan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) ini.

Sebagai informasi terlebih dahulu, megaproyek hilirisasi batu bara ini diketahui telah masuk ke dalam daftar PSN dalam Perpres Nomor 18 Tahun 2020.

Baca Juga: Anggarannya Rp28,5 Miliar, Proyek Revitalisasi Terminal di Mataram Ini Bikin Pedagang Terdampak Relokasi

Demikian ihwal ini berlangsung, tersendatnya proyek yang bakal menguntungkan penjualan batu bara bernilai jual rendah ini belum bisa menggenjot pendapatan PT Bukit Asam, Tbk.

Bahkan menurut Laporan Keuangan Kuartal III Tahun 2023, pendapatan sektor batu bara tampak menurun 10,88 persen.

Pada tahun 2022, hasil penjualan batu bara tahun mampu mencapai Rp30,67 triliun, tetapi tahun ini pada periode yang sama longsor Rp3,33 triliun.

Baca Juga: Sejak 2015 Kementerian PUPR Berhasil Rehabilitasi 29 Pasar di Berbagai Daerah, Salah Satunya Ada di Maluku, Namanya…

Dengan demikian, total pemasukan perusahaan pertambangan yang berbasis di Tanjung Enim ini hanya mampu catatkan Rp27,33 triliun.

Meski begitu, sektor pertambangan komoditas ini masih jadi sumber sakti bagi PTBA, karena dari bidang inilah pemasukan tetap mendominasi pendapatannya.

Dari total pendapatan per 30 September 2023 yang tercatat sebesar Rp27,73 triliun, 98 persennya masih terangkat berkat bisnis utamanya di bidang pertambangan.

Baca Juga: Keruk Dana Rp332,8 Miliar, Proyek Flyover di Jawa Timur Ini Progresnya Sudah 96 Persen, Tuntas Awal Januari 2024

Lantas, berkat siapa pendapatan PTBA masih terselamatkan dan tahan goncangan dari lika-liku perjalanan bisnis di tahun 2023?

Rupanya perusahaan utama yang menjadi mitra penjualan batu bara PT Bukit Asam, Tbk salah satu yang paling besar berasal dari perusahaan listrik negara.

PT PLN Indonesia Power (PIP) memberikan peranan besar bagi perusahaan ini, karena total transaksi antara kedua belah pihak mampu tembuskan lebih dari 10 persen dari total pendapatan.

Baca Juga: Potensi Hemat Devisa Rp8,7 Triliun, Megaproyek Gasifikasi Batu Bara DME di Tanjung Enim Sumatera Selatan Ini Ditinggal Investor AS, Lirik China?

Adapun pendapatan yang diraih dari hasil transaksi antara PTBA dan PIP mencapai 5,7 triliun.

Ada pula MIND ID Trading Pte, Ltd menduduki posisi selanjutnya dengan nilai transaksi mencapai Rp3,2 triliun.

Diikuti lagi oleh PT PLN Nusantara Power (PNP) sebesar Rp3 triliun dan sumbangsih PLN sebesar Rp8,7 miliar.

Baca Juga: Habiskan Anggaran Fantastis Rp1,4 Triliun, Pembangunan Bendungan Baru di NTB Ini Malah Sempat Bikin Banjir?

Pasokan untuk pembangkit listrik masih mendominasi arah penjualan perusahaan PTBA, seperti PLTU Suralaya, Bukit Asam, Tarahan, dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap berkapasitas 10.000 megawatt tahap I. ***

 

Rekomendasi