Disebut Peninggalan Belanda, Kampung Unik di Jawa Timur Ini Terbiasa 19 Jam Tanpa Matahari

inNalar.com – Penasaran dengan sebuah kampung unik di provinsi Jawa Timur yang memiliki waktu tanpa matahari atau istilahnya malam lebih panjang dari pada siang, bahkan hingga 19 jam? 

Ternyata, kampung unik ini bernama Kertoembo atau Toembo, tetapi tidak banyak diketahui oleh khalayak ramai karena kondisi dan letak geografisnya yang terpencil. 

Padahal, kawasan yang disebut sebagai peninggalan Belanda di Jawa Timur ini, sudah sejak dulu, berbeda dengan daerah pada umumnya, yakni memiliki akses terbatas atas sinar matahari. 

Baca Juga: Perhatikan Cara Berikut Untuk Merawat Uang Kuno Agar Awet dan Tidak Mudah Rusak, Simak di Sini

Hal tersebut karena desa unik ini tersembunyi  di tengah-tengah hutan dan lereng Gunung Wilis yang curam sehingga matahari sulit menembus. 

Daerah dengan kemiringan yang curam tersebut, secara administratif membuatnya berada di batas wilayah Desa Kare, tepatnya di Kabupaten Madiun, Jawa Timur.

Melansir Indonesia.go.id, pada Jumat, 13 Desember 2024, Kertoembo bisa ditemukan sekitar 3 kilometer dari Pabrik Kopi Kandangan.

Baca Juga: Kampung Galon di Cianjur, Jawa Barat ini Dikelilingi Pelangi! Desa Sejukkan Mata dan Anti Banjir 

Selain itu, Kertoembo juga diapit oleh 3 desa sekaligus, yaitu berbatasan langsung dengan perkampungan di sekitarnya, seperti kampung Beneran, Giatri, dan Serang.

Saking tersembunyinya, melansir YouTube Lingkaran Hitam, pada Kamis (12/12), matahari terbit di Kertoembo dengan terlambat dan terbenam lebih awal, yaitu mulai dari pukul 10.00 hingga jam 15.00 saja. 

Bahkan, jika keadaan cuaca cerah, durasi waktu siang tidak sama sekali bertambah, justru malah berkabut khas hawa pegunungan dan gelap seperti malam. 

Baca Juga: Koin Kuno Bergambar Kelapa Sawit Sukses Menarik Minat Kolektor Dibanderol Rp100 Juta

Tak heran, kawasan tersembunyi di Jawa Timur ini tidak memiliki banyak penduduk. Uniknya, sampai saat ini kampung tersebut hanya dihuni oleh 4 KK saja.

Selain itu, nuansa perumahannya terkesan sangat sederhana karena mayoritas bahan-bahannya hanya didominasi oleh kayu dan dinding yang berbahan triplek. 

Meski demikian, warga yang tinggal di sana hidup dengan harmonis dan nuansa keasrian serta pesona alamnya diklaim mampu menarik perhatian dan merefresh kejernihan berpikir. 

Baca Juga: Jadi Edisi Khusus, Uang Kertas 75 Ribu Jadi Incaran Para Kolektor, Nomor Seri Ini Ditawar Hingga Puluhan Juta Rupiah

Kemudian, untuk kampung terpencil di kelasnya, Kertoembo memiliki fasilitas yang cukup lengkap. Salah satunya mushola kecil yang digunakan sebagai tempat ibadah para warga. 

Terlebih, dengan adanya sejumlah potensi alam yang luar biasa, salah satu yang paling poppulernya yaitu air terjun dengan kualitas yang sangat jernih dan segar.   

Melansir laman jadesta.kemenparekraf.go.id, pada Kamis (12/12), salah satu hal yang paling menarik perhatian pengunjung di kampung unik ini yaitu air terjun Kertoembo yang memiliki arum jeram. 

Air terjun ini berada di sekitar 3 kilometer dari perkebunan Kandangan. Keberadaan alam rimbun yang indah ini membuat akses menuju kawasan air terjun Kertoembo menjadi sangat asri.

Oleh karenanya, kendaran roda dua atau mobil sekalipun menjadi lebih leluasa untuk melewati jalur tersebut, karena sudah terbiasa dilalui oleh truck milik perkebunan Kandangan.

Baca Juga: Wajib Tahu! Bank Indonesia Pernah Mengeluarkan Uang Sen yang Kini Dicari Kolektor, Harganya Tembus Rp550 Juta

Selain itu, kawasan sekitar air terjun juga diwarnai dengan Loji, yaitu bangunan-bangunan peninggalan penjajahan kolonial Belanda yang ikonik. 

Pada masanya, sejumlah bangunan tersebut dipakai sebagai pusat administratif dan tempat untuk melakukan pertemuan antar para pejabat. 

Di samping itu, pengunjung juga dapat merasakan sensasi air terjun lainnya yaitu Tawang sari, yang letaknya tidak jauh bahkan bersebelahan dengan air terjun utama.

Kawasan ini cocok untuk dijadikan sebagai tempat camping maupun beragam kegiatan lainnya yang berhubungan dengan alam. 

Namun penting untuk diketahui, kawasan ini belum dibuka untuk umum oleh Pemerintah, karena pengelolaanya sendiri statusnya masih di bawah perkebunan Kopi Kandangan.

Dalam hal ini, masih diperlukan izin khusus untuk bisa melakukan kegiatan di kawasan ini. Namun ketika pengunjung ingin mendatangi desa ini perizinannya pun tidak begitu sulit.***