Dikira Tertinggal, Papua Justru Berhasil Bangun Jembatan Udara Pakai Anggaran Rp 7 T untuk Tekan Harga Pangan

inNalar.com – Pembangunan jembatan udara di Papua rupanya dilakukan untuk mempermudah penyaluran logistik.

Selain itu, dengan kehadiran jembatan udara maka wilayah Papua bisa menekan angka kemiskinan mereka.

Dilansir inNalar.com dari berbagai sumber, jembatan udara adalah program pesawat bersubsidi yang digunakan untuk mendistribusikan barang.

Baca Juga: Inflasi Gabungan 8 Daerah M-to-M Jawa Timur Menurun Pada Bulan Agustus 2023, Ini Kelompok Pengeluarannya

Pendistribusiannya sendiri diharapkan dapat menjangkau daerah-daerah terpencil, termasuk menurunkan harga barang di daerah pegunungan dan pesisir.

Caranya, angkutan kargo akan dilaksanakan dari satu bandara menuju bandara lainnya, terutama di daerah tertinggal, terpencil, terluar dan perbatasan (3TP).

Target untuk jembatan udara di Papua sendiri adalah membangun sebanyak 11 bandara pendukung dengan 34 rute.

Baca Juga: Peras Negara Rp 7,9 Miliar, Proyek Gedung Perpustakaan Sulawesi Selatan Putus Kontrak hingga Terlantar

Pagu anggaran yang didapatkan oleh Ditjen Perhubungan Udara untuk rencana tersebut adalah Rp7,03 triliun.

Diketahui, dana akan dibagi menjadi beberapa rincian seperti belanja pegawai Rp872 miliar dan belanja barang operasional Rp751 miliar.

Selain itu, terdapat juga modal untuk belanja non operasional barang dan modal sebesar Rp2,27 triliun dan sisanya digunakan untuk kebutuhan lain.

Baca Juga: Menjunjung Tinggi Perdamaian Lebih dari 50 Tahun, Inilah Pengertian ‘ASEAN WAY’ Prinsip Perdamaian ASEAN

Anggaran tersebut juga digunakan untuk memelihara dan membangun infrastruktur yang digunakan untuk menghubungkan daerah yang sudah ditetapkan.

Sebelumnya, program jembatan udara di Papua sudah berhasil dilakukan dan dapat menekan harga sembako di daerah tersebut.

Penekanan harga dikatakan dapat turun menjadi 50 hingga 70 persen untuk komoditi tertentu sehingga membuat warga girang luar biasa.

Pembangunan jembatan udara juga membantu pemerintah setempat karena sebagian besar kebutuhan angkut ditanggung oleh negara.

Meski begitu, muatan logistik yang didistribusikan melalui jembatan udara rupanya masih kurang dari kata cukup untuk memenuhi kebutuhan warga sekitar.

Diharapkan, pemerintah dapat mengembangkan dan memanfaatkan jembatan udara ini tidak hanya di Papua, namun juga di daerah tertinggal lainnya.***

Rekomendasi