Dikira Perkampungan, Punden Berundak di Kebumen Jawa Tengah Ini Ternyata Pemakaman Suku Jawa Kuno?

inNalar.com – Punden berundak yang mirip perkampungan terletak di desa Watulawang, kecamatan Pejagoan, kabupaten Kebumen, provinsi Jawa Tengah.

Bangunan di punden berundak tersebut terbuat dari kayu jati, dan ditutup dengan atap cungkup seperti jaman dahulu.

Oleh karena itu, banyak yang mengira bahwa bangunan di punden berundak adalah perkampungan, padahal pemakaman.

Baca Juga: Gunakan Sistem Riprap Beton, Proyek Bendungan Baru di NTT Ini Diprediksi Mampu Aliri Lahan Irigasi 4,500 Ha

Dilansir inNalar.com dari video YouTube yang diunggah oleh akun Ini Kebumen, punden berundak adalah pemakaman suku Jawa kuno.

Asal Usul Punden Berundak

Menurut cerita warga sekitar, dahulu kala ada seorang Raden Ayu, sebutan untuk seorang putri, dari Kerajaan Kediri yang datang ke Watulawang.

Entah apa maksud dan tujuannya, Raden Ayu menetap di desa tersebut dan membuat area persawahan.

Baca Juga: Anggarannya Capai Rp2,2 Triliun, Program PKT Milik Kementrian PUPR Mampu Serap 51.881 Tenaga Kerja

Raden Ayu meninggal, lalu dimakamkan di salah satu undakan sawah yang ia buat di desa tersebut.

Para sesepuh berpesan, jika warga setempat bersedia melestarikan peninggalan Raden Ayu, desa Watulawang akan selalu diberi kemakmuran.

Sejak saat itulah, warga desa setempat bergotong-royong melestarikan budaya peninggalan para pendahulu.

Baca Juga: Tertinggi di Pulau Jawa, Desa Sembungan di Wonosobo Jawa Tengah Ini Bak Lukisan! Capai Ketinggian 2300 Mdpl?

Filosofi Pemakaman Punden Berundak

Budaya Jawa di desa Watulawang masih sangat murni, belum terpengaruh oleh campur tangan budaya lain.

Hal ini disebabkan oleh lokasi desa yang sangat terpencil, jauh dari daerah yang lainnya.

Sebelum menjadi pemakaman, punden berundak di Kebumen ini dijadikan tempat khusus ritual.

Undakan yang paling tinggi, diyakini masyarakat pada saat itu sebagai tempat ritual yang paling sakral.

Setelah menjadi pemakaman, filosofi punden berundak di desa Watulawang ini tidak luntur.

Sesuai urutannya, punden yang tertinggi adalah pemakaman para sesepuh, atau pemimpin yang disakralkan oleh warga.

Sementara undakan di bawah, ditempati oleh jenazah biasa, atau jenazah dari golongan kasta rendah.

Jika kita menelusuri pemakaman ini, kita akan menemukan wadah khusus untuk membakar dupa di setiap makam.

Istilah Mbah Kuwu, yang digunakan oleh masyarakat setempat merupakan sebutan berbahasa Jawa kuno yang disematkan kepada para sesepuh.

Mbah Kuwu yang dimakamkan di punden berundak ada dua, salah satunya adalah Kuwu Raden Ayu yang datang dari Kerajaan Kediri.

Warga desa Watulawang memilih kayu jati sebagai bangunan makam karena memiliki makna sejati. ‘Dimakamkan di sini dengan sejatinya’, begitu istilahnya.

Alasan mereka membangun atap yang mirip dengan rumah adalah untuk berbakti kepada yang lebih tua.

Mereka membuatkan rumah, agar sesepuh yang mereka hormati merasa tenang, nyaman, dan tidak kepanasan.

Itulah sedikit fakta tentang punden berundak di desa Watulawang, kabupaten Kebumen, provinsi Jawa Tengah. ***

 

Rekomendasi