

inNalar.com – B.J Habibie, merupakan Presiden ketiga yang menggantikan Soeharto setelah mundur dari jabatannya.
Soeharto yang menyerahkan jabatannya kepada B.J Habibie bukanlah sebuah kebetulan, melainkan ada hal yang membuat kedekatan diantara keduannya.
Kepribadian B.J Habibie yang dikenal memiliki banyak pengagum, dan berprestasi, membuat presiden ke 3 ini meraih penghargaan bergengsi.
Baca Juga: Keras Kepala dan Suka Menantang, Kemunduran Soeharto Diduga Ada Campur Tangan Amerika Serikat?
Melansir dari perpustakaan nasional, ada beberapa biografi dari beliau yang penting untuk diketahui.
Mengenal B.J Habibie
Setiap kali mendapat penghargaan Theodore van Karman Award, dan kembali ke Jerman, beliau selalu menjadi pemberitaan.
Presiden ke 3 B.J Habibie, menempuh studi selama setahun di ITB Bandung, dan 10 tahun kuliah hingga mendapat gelar doktor konstruksi pesawat terbang di Jerman.
Baca Juga: Tak Tahu Menahu RI Merdeka, Soeharto Rupanya Berada di Tempat Ini Saat Soekarno Umumkan Proklamasi
Gelar diplomanya didapat dari Technische Hochshule, Jerman tahun 1960, dan mendapat gelar doktor di tempat yang sama tahun 1962.
B.J Habibie menikah tahun 1967, dan menjadi Profesor kehormatan Guru Besar di Institut Teknologi Bandung.
Kemudian bekerja, di industri pesawat terbang terkemuka MBB Gmbh Jerman, sebelum akhirnya memenuhi panggilan Soeharto kembali ke Indonesia.
Baca Juga: Momen Penting Saat Kelahiran Anak Pertama Soeharto, Hingga Tidak Bisa Bertemu Saat Itu Juga karena…
Ketika di Indonesia, Habibie menjabat sebagai menteri selama 20 tahun, memimpin 10 perusahaan BUMN Industri strategis.
Kemudian dipilih MPR menjadi wakil presiden RI, dan disumpah oleh Ketua Mahkamah Agung menjadi Presiden RI menggantikan Soeharto.
Melansir dari buku Biografi daripada Soeharto, karya A. Yogaswara dijelaskan kapan pertemuan pertama presiden Soeharto dan B.J Habibie.
Awal Mula Bertemu
Pada awalnya, Soeharto melakukan perjalanan ke Makassar untuk memulangkan istrinya, serta membicarakan terkait pengangkatan Kahar Muzakkar oleh pemerintah pusat.
Pasalnya, beliau merasa bahwa Kahar Muzakkar tidak pernah menepati janjinya, sebagaimana pengalamannya di Yogyakarta bersama, namun pemerintah tetap bersikeras dengan keputusannya.
Kahar pun memegang komando militer di Sulawesi Selatan setelah Soeharto dan pasukannya di tarik dari Makassar.
Namun beberapa hari kemudian, tepatnya pada 1952, apa yang ditakutkan Soeharto terjadi. Kahar Muzakkar mengobarkan pemberontakan.
Selama berada di Semarang inilah, Soeharto untuk pertama kalinya mengenal keluarga Habibie, di mana salah satu anaknya bernama Bacharuddin Jusuf Habibie.
Saat itu, umur B.J Habibie masih 14 tahun, dan tinggal di markas Brigade Mataram. Ibu Habibie yang asli Jawa dapat menghibur Soeharto dan anak buahnya yang rindu kampung halaman.
Ketika Bapak Habibie dikabarkan terkena serangan jantung, Soeharto ikut serta membantu pemakaman.
Hubungan dua keluarga makin erat ketika salah seorang perwira Soeharto, menikah dengan kakak B.J Habibie.
Inilah pertemuan awal dua Presiden ke 2 Soeharto dengan B.J Habibie yang kemudian hari meneruskan jabatannya berdasarkan Pasal UUD 1945.***