

InNalar.com – Provinsi Kalimantan Timur ternyata memiliki megaproyek yang kini mangkrak.
Proyek tersebut ialah pembangunan jalur rel kereta api yang akan melintas di Kabupaten Kutai Barat, Paser, Penajam Paser dan Kota Balikpapan.
Selain itu, bahkan dalam melaksanakan proyek ini pemerintah telah melakukan kerja sama dengan perusahaan asal Rusia.
Perusahaan asal Rusia tersebut adalah JSC Russian Railways.
Perlu diketahui, sebenarnya yang memberikan anggaran untuk merealisasikan proyek ini juga dari JSC Russian Railways.
Dilansir InNalar.com dari kppip, investasi yang digelontorkan JSC Russian Railways yakni sebanyak 53,3 triliun.
Meski diinvestasikan oleh perusahaan asal Rusia, namun penanggung jawab pada megaproyek ini adalah PT Kereta Api Borneo.
Akan tetapi ternyata ditengah pembangunan tersebut, perusahaan asal Rusia itu malah mengirimkan surat pengunduran diri pada tahun 2020.
Karena pengunduran diri tersebut, maka membuat proyek ini tidak dilanjutkan lagi dan ditinggalkan.
Bahkan karena tidak dikerjakan lagi, pengerjaan jalur rel kereta api ini juga sudah dikeluarkan dari proyek strategis nasional (PSN).
Padahal sebelum ini groundbreaking atau peletakan batu pertamanya sudah dilakukan sejak tahun 2015 dan dilakukan oleh presiden Jokowi.
Dengan kata lain, sejak groundbreaking tahun 2015 hingga perusahaan Rusia keluar pada tahun 2020, maka proyek ini sudah mangkrak sekitar 4 tahun.
Selain itu, pembangunan jalur rel di Kalimantan Timur juga sebenarnya diharapkan oleh masyarakat sekitar, karena akan semakin memudahkan jalur transportasi bagi para warga.
Bagaimana tidak, jalur rel kereta api ini saja membentang sejauh 203 km dari Kabupaten Kutai Barat, Paser, Penajam Paser dan Kota Balikpapan.
Ditambah infrastruktur ini juga akan dilengkapi jetty batubara, stasiun, pelabuhan dan PLTU yang memiliki kapasitas 15 MW.
Pada awalnya, sebenarnya jalur rel kereta api di Kalimantan Timur ini hanya akan dikhususkan sebagai alat transportasi batu bara.
alat transportasi umum. Akan tetapi, setelah itu pemerintah meminta agar infrastruktur ini juga difungsikan sebagai
Sebab, jika statusnya adalah kereta api umum, maka alat transportasi ini dapat dinaiki oleh penumpang, minyak kelapa sawit, hingga kayu.
Sayangnya, karena perusahaan Rusia telah mundur dari megaproyek ini, maka kelanjutan pengerjaan dari pembangunan ini telah berhenti atau mangkrak.
Sedangkan hingga saat ini, diketahui pemerintah masih mencari investor agar proyek tersebut dapat dilanjutkan.
Walaupun hingga kini sebenarnya proyek tersebut masih mangkrak, karena tidak adanya anggaran yang diperlukan. ***