

inNalar.com – Gempa bumi berkekuatan 6,3 skala richter (SR) telah melanda Afghanistan barat pada Sabtu kemarin.
Hanya beberapa hari setelah serangkaian gempa mematikan yang menewaskan lebih dari 2.400 orang, gempa terbaru melanda daerah dekat Herat, ibu kota provinsi Herat.
Gempa yang terjadi kedua kalinya ini melanda Afganistan pada Rabu dini hari (05:10) waktu setempat (00:40 GMT), dengan kekuatan yang sama yakni 6,3 SR.
Menurut Survei Geologi AS, Gempa tersebut berada pada kedalaman 10 kilometer (6 mil).
Pusat gempa hari Sabtu berada sekitar 40 kilometer (25 mil) barat laut ibu kota provinsi, dan beberapa gempa susulan terjadi dengan kekuatan yang kuat, termasuk gempa berkekuatan 6,3 SR lainnya pada hari Sabtu.
Dilansir inNalar.com dari France24, Kantor Gubernur Herat mengatakan telah terjadi kerugian besar di distrik-distrik dekat daerah yang rata dengan tanah akibat gempa sebelumnya.
Baca Juga: Joe Biden Kecam Serangan ‘Licik’ Hamas ke Israel: Tidak Ada Pembenaran untuk Terorisme
Setidaknya terdapat 100 orang terluka dan tanah longsor memblokir jalan raya utama Herat-Torghundi.
Dampak yang lebih luas masih belum jelas, namun diketahui banyak para warga tidur di tempat terbuka setelah rumah mereka hancur dilanda gempa pada hari Sabtu 7 Oktober 2023 kemarin.
Pejabat Taliban mengatakan lebih dari 2.000 orang tewas di seluruh Herat setelah gempa sebelumnya.
Mereka kemudian mengatakan gempa tersebut menewaskan dan melukai ribuan orang, namun tidak memberikan rincian korban jiwa.
Gempa bumi pertama pada Sabtu pagi melanda Zindajan, sebuah distrik pedesaan sekitar 40 km dari Herat.
Gambar dari desa-desa menunjukkan seluruh rumah, yang terlalu rapuh untuk menahan guncangan, kini hancur menjadi puing-puing.
Wilayah Afghanistan memang sering dilanda gempa bumi, terutama pada pegunungan Hindu Kush karena letaknya yang berada dekat dengan persimpangan lempeng tektonik Eurasia dan India.
Sebuah desa yang sebelumnya berpenduduk sekitar 2.500 jiwa, masyarakat mengatakan hampir tidak ada orang yang masih hidup selain laki-laki yang bekerja di luar saat gempa terjadi.
Para penyintas bekerja sepanjang hari dengan ekskavator untuk menggali parit panjang untuk pemakaman massal.
Pemakaman massal tersebut akan dilakukan di sebuah ladang tandus di distrik Zinda Jan, sebuah buldoser bekerja untuk memindahkan gundukan tanah guna membuka ruang bagi deretan kuburan yang panjang.***