

InNalar.com – Konflik rumah tangga adalah suatu ujian yang di alami oleh pasangan ketika sudah menikah, permasalahan yang hadir begitu kompleks dan beragam dari yang besar hingga yang kecil.
Buya Yahya mengulas mengenai bagaimana Rasulullah menyelesaikan konflik rumah tangga. Cara ini bisa menjadi tauladan bagi umat Islam.
Diketahui, ada banyak permasalahan yang melatarbelakangi pecahnya konflik dalam berumah tangga sehingga menghalangi Sakinah Mawaddah Warahmah (SAMAWA).
Saling menjaga perasaan, tidak mementingkan ego masing-masing, dan mempererat tali komunikasi, sebenarnya sudah cukup untuk menekan konflik rumah tangga.
Allah SWT berfirman:
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (Qs: An-Nisa ayat 1).
Baca Juga: Link Pesan Tiket Kereta Api Cepat Bandung-Jakarta, Dibuka Uji Coba Gratis Pada 16-30 September 2023!
Berdasarkan ayat di atas, Allah SWT memerintahkan manusia untuk bertaqwa dan takut kepada-Nya serta saling menjaga hubungan silaturahmi antar keduanya.
Rasulullah pun mengajarkan kita dalam hal menyelesaikan konflik dalam berumah tangga. Kami kutip dari penjelasan Buya Yahya.
Rasulullah SAW pernah mengalami sedikit perselisihan dengan Sayyidah Aisyah RadhiyaAllahu ‘Anha.
Di tengah perselisihan itu, Nabi Muhammad SAW tidak semerta-merta menghakimi sayyidina Aisyah dengan kenabiannya.
Akan tetapi beliau adalah orang yang sangat bijak dalam mengambil keputusan, setiap tindakan beliau dilandasi dengan wahyu, bukan dengan hawa nafsu.
“Sayidina Nabi itu adalah orang yang sangat bijak dengan wahyu, tidak akan melakukan apapun kecuali dengan wahyu. Petunjuk dari wahyu mengatakan, biarkan orang lain yang menyelesaikan. Biarpun beliau seorang nabi, tapi mengajari bagi kita.”
Baca Juga: 10 Kabupaten Penghasil Kelapa Terbanyak di Jawa Timur, Nomor 1 Bukan Malang Tapi…
Buya Yahya menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan orang yang lain yang menyelesaikan sudah termaktub dalam al-Qur’an surah an-Nisa ayat 35:
“Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Kemudian Nabi SAW meminta Abu Bakar RadhiyaAllahu ‘Anhu sebagai penengah, juga sebagai ayah dari Sayyidah ‘Aisyah istri Nabi Muhammad SAW.
“Sayidina Abu Bakar Siddiq itu bingung untuk jadi penengah, yang satu adalah nabinya, yang satu lagi adalah putrinya. Cuman ini karena perintah baginda nabi, maka sayidina Abu Bakar pun mau menjadi penengah.”
Nabi Muhammad SAW kemudian bertanya kepada istrinya perihal siapa yang ingin berbicara terlebih dahulu.
Karena sayidah ‘Aisyah faham bahwa lebih utama mendahulukan Nabi SAW maka sayidah ‘Aisyah mempersilahkan suaminya untuk berbicara terlebih dahulu.
“Engkau dulu wahai Rasulullah, Cuma jangan ngomong kecuali yang benar.” Ungkap Buya Yahya.
Mendengar ucapan putrinya seperti itu, sayidina Abu Bakar Sidiq marah. Dan hampir ingin memukul putrinya tersebut.
Melihat ayahnya marah, sayidah ‘Aisyah pun berlari, hingga tanpa sadar memeluk baginda Nabi SAW meminta perlindungan kepadanya.
“Tiba-tiba wajahnya itu ditumpahkan di dada nabi, meminta perlindungan kepada Nabi Saw. setelah itu apa? Sadar. Kok punya masalah sama Nabi kenapa tiba-tiba wajahnya di tumpahkan ke dada nabi?”
Akhirnya selesailah masalah tersebut dengan senyuman.
Pelajaran yang dapat diambil dari kejadian tersebut adalah wanita hebat selalu menjadikan suaminya sebagai imam juga sebagai pelindung, pada saat apapun.
Suami pun seperti itu, selalu bersikap sabar dan menghargai seorang istri dengan lemah lembut tanpa kekerasan fisik.
Menjadikan pasangan lebih harmonis sekalipun ada konflik rumah tangga yang terjadi.
Karena pada akhirnya setiap masalah jika di hadapi dengan tenang pasti akan terdapat solusi yang indah.
Baca Juga: Dibangun Belanda 100 Tahun Lalu, Kilang Minyak Plaju di Palembang Ini Jadi yang Tertua se-Indonesia
Masalah bukan yang menjadikan diri lemah, tapi dibalik masalah akan terdapat hikmah yang indah jika di hadapi dengan tindakan dan pikiran yang positif.
Suami istri adalah manusia yang tidak sempurna. Namun, penting untuk belajar menyelesaikan konflik dengan cara yang dianjurkan dalam agama.
Yaitu melalui penengah yang adil, berbicara dengan benar dan jujur, menjaga keharmonisan dalam pernikahan, serta saling menghormati dan mencintai pasangan.***