

inNalar. com – Sebuah bandara termungil di dunia yang berada di Sulawesi Tengah kini menjadi sorotan atas perannya yang vital dalam mendukung konektivitas dan perekonomian.
Meski berukuran kecil, bandara ini menjadi akses penting bagi masyarakat lokal, pekerja tambang, dan ekspatriat yang datang ke kawasan industri nikel terbesar di Asia Tenggara ini.
Inilah Bandara Morowali, yang lebih dikenal dengan sebutan “Bandara Maleo.” Salah satu Airport termungil Indonesia ini berada di Desa Umbele, Kecamatan Bumi Raya, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.
Kondisi dan Urgensi Bandara Morowali
Dilansir inNalar.com dari laman Otoritas Bandara Udara V, Bandara Morowali merupakan bandara khusus PT IMIP (Industri Indonesia Morowali Industrial Park), yaitu perusahaan berbasis nikel.
Bandara ini dibangun sejak 2007 dan mulai beroperasi pada 2017 dan diresmikan oleh presiden Joko Widodo pada 23 Desember 2019.
Sejak beroperasinya, bandara ini sudah membantu mengurangi ketergantungan masyarakat pada transportasi darat yang memakan waktu lama.
Saat ini, runway bandara tersebut hanya sepanjang 1.500 meter dengan kapasitas terbatas pada pesawat kecil tipe ATR (Aerei da Trasporto Regionale).
Yaitu jenis pesawat yang hanya menempuh penerbangan jangka pendek, seperti halnya dari Makassar ke Palu dan penumpangnya pun terbatas.
Baca Juga: China Garap Mega Proyek Termahal di Dunia, Gelontoran Dananya Tembus Rp1.600 Triliun
Dilansir dari YouTube City Eksplorer, Terminal penumpang Bandara ini cukup sederhana, dengan fasilitas dasar seperti toilet, satu mesin ATM, dan unit gedung yang terdiri dari beberapa ruangan.
Yaitu ruang keberangkatan, ruang tunggu, dan ruang kedatangan dengan conveyor bagasi yang hanya berukuran sekitar 3 meter.
Namun meskipun demikian, dalam sehari, Wings Air sebagai satu-satunya maskapai yang beroperasi di bandara Morowali dapat melayani 10 penerbangan pulang-pergi.
Baca Juga: Dukung Transformasi Ekonomi Hijau, BRI Catatkan Portofolio Pembiayaan Berkelanjutan Rp764,8 Triliun
Pengembangan bandara ini mendesak karena meningkatnya aktivitas operasional kawasan industri di Morowali, yang tentunya juga berpotensi menunjang sektor pariwisata lokal.
Pengembangan Bandara Morowali
Untuk mengoptimalkan kapasitas dan pelayanan bandara, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, bagian dari Kementrian Perhubungan bekerja sama dengan perusahan swasta.
Yaitu PT Zhenshi Indonesia Industrial Park yang terkait dengan investasi China, terutama dari Zhenshi Group, yang fokus pada industri nikel dan mendukung sektor baja serta baterai lithium-ion di Indonesia.
Sinergi kerja sama tersebut melalui skema Corporate Social Responsibility (CSR) atau Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL).
Yaitu, sebuah program pendanaan proyek yang melibatkan perusahaan swasta untuk memberikan manfaat sosial untuk lingkungan sekitar.
Proyek bandara ini mencakup perpanjangan runway, perbaikan fasilitas terminal, serta pembangunan pagar pengaman, sesuai dengan ketentuan keselamatan dan keamanan penerbangan.
Melansir dari Dirjen Hubud pada Kamis, 14 November 2024, Plt. Dirjen Hubud, Lukman F. Laisa mengungkap landasan pacu airport akan diperpanjang 1.800 meter x 30 meter. Dengan itu, pesawat berjenis A 320 dapat landing dengan nyaman.
Begitu pula dibeberkan olehnya, luas terminal nantinya akan mencapai 2.000 meter persegi. Dengan demikian, target utama capaiannya diproyeksikan capai 194.000 penumpang pertahun.
Untuk diketahui, pengembangan sisi udara Bandara Morowali meliputi perpanjangan runway 300 meter x 30 meter, pekerjaan runway strip 260 meter x 85 meter, dan panjang RESA 92,5 meter x 65 meter.
Selain itu, ada pembangunan pagar sisi udara 720 meter dan pembongkaran pagar lama sepanjang 62,5 meter.
Demikian, itulah sekilas mengenai kerja sama pemerintah dan perusahaan swasta yang berinduk di China dalam pengembangan bandara Morowali. *** (Gita Yulia)