

inNalar.com – China merupakan salah satu negara yang berinvestasi cukup banyak di Indonesia.
Salah satunya adalah investasi pada pembangunan Kawasan Industri Morowali di Sulawesi Tengah.
Komitmen kerja sama antara China dan Indonesia terhadap Kawasan Industri Morowali ini direalisasikan melalui penandatanganan MoU antara Tsingshan Group dan Delong Group dengan PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP).
Kerja sama tersebut mengenai pembangunan pabrik carbon steel di kawasan ini dengan kapasitas 3,5 juta ton per tahun.
Selain pabrik carbon steel, Tsingshan Group juga bekerja sama dengan Bintang Delapan Group dan PT Indonesia Morowali Industrial Park untuk membangun pembangkit listrik di area industri ini.
Diketahui bahwa secara keseluruhan nilai investasi yang digelontorkan China untuk pembangunan area ini sekitar 1,63 miliar USD atau setara dengan Rp25 triliun.
Baca Juga: Hamas Mendesak ICC untuk Meminta Pertanggungjawaban Israel Atas Kejahatan Kemanusiaan di Gaza
Untuk merealisasikan kawasan industri Morowali ini, dana total yang dibutuhkan mencapai Rp80 triliun.
Pembangunannya dimulai pada tahun 2015 dan dibangun pada area seluas 1.200 hektar.
Area ini merupakan kawasan industri berbasis nikel yang terintregasi dengan produk utama berupa nikel, stainless steel, dan carbon steel.
Industri pendukungnya terentang dari coal power plant, pabrik mangan, silikon, dan sebagainya.
Bahkan, kawasan ini disebut-sebut merupakan tumpuan industri baterai kendaraan listrik.
Mengingat di masa sekarang ini merupakan transisi kendaraan berbahan bakar minyak ke kendaraan listrik.
Untuk itu, Indonesia membangun hilirisasi bahan nikel yang merupakan bahan dasar pembuatan baterai kendaraan listrik.
Kawasan Morowali ini menjadi pusat pemurnian nikel sekaligus pembuatan katoda baterai listrik.
Hingga kini, kawasan industri tersebut telah ada 18 tenant diisi oleh 18 perusahaan lokal maupun asing.
Sebagai tambahan, baru-baru ini terjadi sebuah insiden yang menimpa salah satu tenant smelter yang dimiliki oleh PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS).
Peristiwa tersebut terjadi pukul 06:15 Wita. Tungku feronikel nomor 41 masih ditutup karena sedang proses pemeliharaan.
Saat sedang proses perbaikan, terdapat sisa slag dalam tungku yang keluar lalu bersentuhan dengan barang-barang yang mudah terbakar di lokasi tersebut.
Ikatan dinding tungku yang runtuh dan sisa besi terak mengalir keluar hingga menyebabkan kebakaran, akibatnya pekerja yang berada di lokasi mengalami luka-luka hingga menimbulkan korban jiwa.
Hingga kini, dilaporkan korban jiwa atas tragedi ini mencapai 18 orang dimana 8 orang merupakan tenaga asing.***