Dibangun Tahun 1288 Masehi, Masjid Tua di Banyumas Ini Ada Empat Helai Sayap di Tengah Saka, Melambangkan Apa?

inNalar.com – Salah satu masjid tua di Indonesia adalah masjid Saka Tunggal Baitussalam atau lebih dikenal sebagai masjid Saka Tunggal.

Masjid Saka Tunggal beralamat di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon Banyumas, Banyumas, Jawa Tengah dengan ukuran bangunan 12×18 meter.

Didirikan pada 1288 Masehi ketika masih dalam kekuasaan kerajaan Singasari. Tepatnya dua abad sebelum zaman Wali Songo.

Baca Juga: Kunci agar Tetap Istiqomah Menurut Ustadz Khalid Basalamah, Seorang Muslim Harus Menjaga 3 Hal Berikut

Dibangun pada tahun 1288 M karena tertulis dalam prasasti di masjid tersebut, serta lebih dulu ada dari kerajaan Majapahit yang berdiri tahun 1294 Masehi.

Dinamakan masjid Saka Tunggal, karena masjid tua tersebut memiliki satu tiang penyangga di ruang utama.

Tak lepas dari penyebaran agama islam, dimana masjid Saka Tunggal juga terikat dengan tokoh agama di Cikakak, yaitu Mbah Mustolih.

Baca Juga: Gempa Bumi di Maroko Tewaskan 820 Korban Jiwa, Berikut Rincian Persebaran Wilayah yang Terdampak

Dalam syiarnya, Mbah Mustolih menjadikan masjid Saka Tunggal sebagai markas yang hidup dalam Kesultanan Mataram Kuno.

Tradisi terus dijaga dalam merawat masjid Saka Tunggal, diantaranya dzikir yang dilantunkan seperti kidung Jawa, biasanya lebih terasa ketika menunggu waktu salat jumat dan setelah salat jumat.

Kemudian tradisi pakaian imam dan muazin yang tidak menggunakan ikat kepala, yang biasanya menggunakan peci atau kopiyah.

Baca Juga: Berakhir Bangkrut, Pabrik Besar di Jawa Timur Ini Ternyata Sudah Berdiri Selama 32 Tahun Lamanya

Lalu ketika azan dilakukan oleh empat muazin sekaligus, yang mana pakaian para muazin sama dengan yang dipakai imam.

Selain tradisi, ada keunikan yang dimiliki masjid Saka Tunggal di Banyumas ini adalah terdapat empat helai sayap menempel dari kayu di tengah saka.

Melambangkan papat kiblat lima pancer atau empat mata angin dan satu pusat. Maksud dari lambang tersebut adalah manusia sebagai pancer yang dikelilingi empat mata angin.

Dan mata angin melambangkan api, angin, air, dan bumi. Sedangkan Saka Tunggal sendiri bermakna bahwa manusia hidup seperti alif. Harus lurus, jangan bengkok, nakal, berbohong.

Meskipun masjid Saka Tunggal adalah masjid tua, masih terdapat keaslian yang dipelihara yaitu ornamen yang ada di ruang utama.

Ada juga dua ukiran di kayu dengan gambar nyala sinar matahari mirip lempeng mandala. Dimana gambar tersebut banyak ditemui pada bangunan kuno zaman kerajaan Singasari dan Majapahit.***

Rekomendasi