

InNalar.com – Biasanya selama pembangunan bendungan terjadi, akan ada beberapa desa yang harus ditenggelamkan.
Hal itu juga berlaku bagi waduk Gajah Mungkur, yang dibangun sejak 1976 semasa pemerintahan Soeharto.
Gajah Mungkur sendiri berada di kabupaten Wonogiri, provinsi Jawa Tengah.
Baca Juga: Beroperasi Sejak 1867, Ternyata Stasiun di Semarang Jawa Tengah Ini Didirikan oleh Hindia Belanda!
Uniknya, tempat penampungan air tersebut kini tengah surut, bahkan hingga membuat beberapa desa dan makam kuno yang ditenggelamkan muncul kembali.
Diketahui waduk ini dulunya harus menenggelamkan 45 desa, yang berada di 6 kecamatan di daerah Wonogiri.
Sebab tengah mengalami surut, terdapat satu kampung yang bernama desa Polok yang muncul kembali ke daratan.
Pada tayangan kanal YouTube MasDon Channel, di dalam bendungan tersebut muncul sumur yang masih berbentuk, sekaligus jembatan yang masih kokoh untuk digunakan.
Terdapat pula makam kuno di daerah kelurahan Wuryantoro yang muncul kembali, sebab desa tersebut dulunya harus ditenggelamkan saat pembangunan bendungan ini dilakukan.
Dilansir InNalar.com dari p2k.stekom.ac.id, disebut sebagai Gajah Mungkur, sebab tempat penampungan air ini juga berdekatan dengan pegunungan yang bernama Gajah Mungkur di daerah Wonogiri.
Baca Juga: Stasiun Mungil di Semarang Jawa Tengah Ini Diapit 2 Lintasan Kereta Api Sekaligus, Ada Berapa Jalur?
Sebenarnya tempat parkir air di Jawa Tengah ini telah digagas sejak tahun 1941, yang dikemukakan oleh oleh Ir. R.M. Sarsito Mangunkusumo.
Walau gagasan tersebut ditolak karena beberapa alasan yang terjadi selama tahun tersebut.
Sekedar informasi, pembangunan tempat penampungan air ini membendung air dari sungai terpanjang di Jawa, yaitu Bengawan Solo.
Meskipun menjadi sungai terpanjang, namun sebelum bangunan ini dibangun, bengawan solo sering mengalami banjir, dan sering mengalami kekeringan saat musim kemarau terjadi.
Karena itulah pembangunan waduk Gajah Mungkur ini akhirnya dilakukan pada tahun 1976, dengan cara menenggelamkan 45 desa.
Selama pembangunan dilakukan, diketahui terdapat kurang lebih sekitar 41.369 warga yang berada di 6 kecamatan di Jawa Tengah tersebut harus pindah.
Bahkan terdapat pembebasan lahan seluas 10.156 hektar, guna melakukan pemindahan jalan raya di daerah Wonogiri.
Pada pembangunannya, anggaran yang diperlukan pun cukuplah banyak, sebab pemerintah harus mengeluarkan dana sebesar US$ 111,056 juta, atau sekitar Rp 69,5 miliar di masa pemerintahan presiden Soeharto.
Tentu anggaran sebanyak Rp 69,5 miliar pada jaman itu termasuk dana yang banyak.
Hingga akhirnya waduk ini diresmikan oleh presiden Soeharto pada 17 November 1981, setelah dilakukan pengisian air pada Juli 1981.
Selain difungsikan untuk mengaliri pertanian, mereduksi banjir dan PLTA, bendungan di Wonogiri juga difungsikan sebagai tempat wisata.
Memiliki luas genangan air sekitar 8800 hektar, bendungan di Jawa Tengah tersebut juga dilengkapi dengan fasilitas wisata perahu, rumah makan apung, waterboom, taman satwa, dan banyak lagi.***