

inNalar.com – Kereta api merupakan salah satu moda transportasi legendaris yang telah dibangun sejak zaman kolonial Belanda, tidak terkecuali di Pulau Sumatera.
Pembangunan jalur kereta api beserta stasiunnya di Provinsi Lampung merupakan bagian dari kepentingan mengangkut komoditas hasil pertanian di wilayah yang diduduki oleh Belanda.
Salah satu jejak infrastruktur peninggalan Belanda dalam dunia kereta api di Provinsi Lampung, salah satunya berada di Kota Bandar Lampung.
Pada tahun 1914, terdapat dua stasiun di Kota Bandar Lampung yang dibangun hingga akhirnya diresmikan oleh Pemerintah Hindia Belanda.
Kedua stasiun kereta api tertua di Provinsi Lampung adalah Stasiun Tanjung Karang dan Stasiun Panjang.
Dilansir dari laman heritage.kai.id, pembangunan infrastruktur kereta api di Kota Bandar Lampung sebenarnya mulai dibangun pada tahun 1911 beriringan dengan pengadaan jalur kereta api di wilayah Sumatera Selatan.
Oleh karena itu, terdapat sebuah kantor yang juga dibangun oleh kolonialis Belanda, disebut dengan Staatsspoorwegen op Zuid Sumatra (ZSS).
Adapun Staatsspoorwegen op Zuid Sumatra artinya adalah Jalur Kereta Api Negara Sumatera Selatan.
Berbagai infrastruktur pendukung untuk mewujudkan pembangunan jalur kereta api ini juga dibangun, mulai dari fasilitas kegiatan untuk para pegawai, perumahan, hingga sekolah.
Baca Juga: 29 Ribu Km Jalan Lampung Rusak, PUPR Renovasi Penghubung Lintas Tengah, Timur, Barat yaitu di Ruas…
30 Juni 1914 merupakan titik awal dunia kereta api di Provinsi Lampung mulai menggeliat.
Stasiun Kereta Api Tanjung Karang dan Stasiun Panjang menjadi dua stasiun utama dalam pengangkutan hasil pertanian wilayah sekitar Bandar Lampung.
Salah satu yang menjadi pendorong kuat terwujudnya pembangunan stasiun dan jalur kereta apinya adalah kebutuhan ekspor komoditas angkutan komoditas hasil pertanian dan perkebunan yang sedang tinggi-tingginya.
Kala itu, komoditas unggulan ekspor Provinsi Lampung pada zaman Pemerintahan Hindia Belanda adalah lada dan kopi.
Adapun mengenai detail bangunan stasiun Tanjung Karang sendiri telah mengalami banyak perubahan bentuk bangunan.
Dimulai pada tahun 1913, bentuk bangunan yang hanya tersusun dari bambu kayu yang dipadukan dengan atap yang terbuat dari jenis seng.
Kemudian, bangunannya sedikit berubah, yakni pada atapnya yang mulai diganti dengan berbahan dasar genting.
Selain itu, ditambahkan pula tiang bangunan penyangga yang berbahan dasar kayu jati kokoh.
Lalu, terdapat penambahan ornamen berbahan batu yang membuat Stasiun Tanjung Karang semakin terlihat megah.
Hingga akhirnya, pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, tepatnya pada tahun 1988, terdapat perubahan bangunan yang cukup signifikan.
Di antaranya adalah desain bangunan yang dirubah dan disesuaikan dengan kearifan lokal khas budaya Lampung.
Jendela besar peninggalan Belanda pun juga diganti menjadi lebih moderen mengikuti tren desain kekinian ala 90-an.
Akhirnya, kini bangunannya terlihat sangat megah dengan bangunan dinding putih kokoh yang tetap mempertahankan atap genting bermahkota khas rumah adat tradisional Lampung berwarna kuning keemasan.
Adapun lokasi Stasiun Tanjung Karang berada di Jalan Kota Raja Nomor 1 Gunung Sari, Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung.***