

inNalar.com – Siapa sangka, PLTU milik PT Bukit Asam Tbk yang berada di Kabupaten Muara Enim ini sempat menjadi infrastruktur penyelamat Sumatera Selatan dari lingkaran krisis energi.
Kala itu, tepatnya pada tahun 2008-an, Sumatera Selatan sempat memasuki fase krisis listrik di tengah berlimpahnya sumber daya batu bara daerahnya.
Agak ironi memang, mengingat potensi sumber daya batu bara di provinsi tersebut masih tersimpan setidaknya 22.240,47 miliar ton.
Artinya dengan potensi limpahan tersebut, masih ada 41,5 persen dari total cadangan nasional yang dapat diambil dari Bumi Sriwijaya ini.
Bahkan, tercatat 71,31 persen kontribusi dari produksi batu bara digunakan untuk memasok pembangkit listrik yang sebagian besar pemasoknya berasal dari PT Bukit Asam Tbk (PTBA).
Merespon kondisi genting tersebut, PLTU Tanjung Enim pun akhirnya didirikan dan berhasil diresmikan pada 18 Agustus 2009.
Dengan kapasitas 3 x 10 MW, pembangkit listrik ini setidaknya telah menelan biaya investasi sebesar 41,4 juta USD.
PTBA kala itu menggandeng China Overseas Weltes untuk mewujudkan infrastruktur yang mampu menyelamatkan Sumatera Selatan dari kiris listrik yang mengekang.
Infrastruktur tersebut akhirnya menjadi tonggak awal perusahaan PT Bukit Asam Tbk terjun ke dunia bisnis pembangkit listrik tenaga uap.
Rentetan pembangunan infrastruktur pembangkit listrik semakin digencarkan oleh PTBA setelah PLTU Tanjung Enim ini berhasil diresmikan.
Perencanaan tiga pembangkit listrik lainnya pun mengekor hingga akhirnya terwujud usai pembangkit listrik pertama di Kabupaten Muara Enim ini rampung.
Ketiga pembangkit listrik tersebut meliputi PLTU 2 x 8 MW, lokasinya berada di Pelabuhan Tarahan, Lampung.
Lalu ada pula PLTU 2 x 110 MW senilai 239 juta USD yang berada di kawasan Mulut Tambang Banjar sari, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan.
Selanjutnya, PLTU 2 x 620 MW senilai 3,7 miliar USD yang lokasinya berada di area Mulut Tambang Banko Tengah ini pun ikut diwujudkan.
Perlu diketahui, Pembangkit Tenaga Listrik Uap garapan PTBA ini diketahui menggunakan pasokan batu bara yang kandungan kalorinya rendah sehingga lebih ekonomis.
Sebagai informasi tambahan, Sumatera Selatan adalah salah daerah yang didorong pemerintah untuk terus mengupayakan hilirisasi batu bara dan mendorong adanya peningkatan nilai tambah dari komoditas ini.
salah satu caranya adalah dengan mengubah batu bara menjadi dimithyl ether (DME) melalui proses gasifikasi, yang kemudian sering disebut dengan proyek gasifikasi batu bara.
Adapun PT Bukit Asam Tbk juga turut berkontribusi dalam agenda proyek gasifikasi batu bara tersebut.
Terlihat saat groundbreaking proyek ini dilangsungkan pada 26 Januari 2022 silam, meski perjalanan proyek ini cukup dipenuhi dinamikanya tersendiri.
PTBA disebut tetap menjalankan program mulia dari pemerintah ini untuk mendukung keberlanjutan lingkungan dan mencapai visi menjadi perusahaan energi kelas dunia.***