Demi ‘Tebas’ Kendala, Jalan Tol Tanjung Pura-Brandan Sampai Ditancap Sedotan Raksasa: Intip 3 Siasat Cermatnya


inNalar.com – Ada fakta mencengangkan di balik alotnya kendala Proyek Jalan Tol Tanjung Pura – Pangkalan Brandan di Sumatera Utara.

Bukan sekadar kendala, Hutama Karya sampai gunakan 3 siasat cermat saat membangun jalan tol yang melintasi dua daerah di Sumatera Utara.

Jikalau kendala proyek soal tanah, apakah disebabkan oleh persoalan pembebasan lahan?

Baca Juga: Proyek Molor Gegara Jalur ‘Spesial’ di Jalan Tol Sumatera Utara STA 52, Hutama Karya Atur Strategi Tingkat Tinggi

Tidak salah, tetapi belum sepenuhnya tepat. Hambatan pembebasan lahan sepanjang 2 kilometer memang masih dalam proses upaya penyelesaian.

Namun tantangan terbesar yang bikin Hutama Karya putar otak dengan cermatnya ialah soal lapisan tanah proyek yang memiliki karakteristik tanah lunak.

Pengerjaan lintasan tol sepanjang 19,5 kilometer sampai menggunakan 3 metode pembangunan yang berbeda-beda.

Baca Juga: Muat Tampung Lebih dari 18 Ribu Murid, SMA Internasional di Hongkong Ini Padukan 5 Kurikulum: Apa Saja?

Sebagai pencerah terlebih dahulu, dari total panjang jalan lebar yang berhasil dibangun, sebenarnya sudah menyisakan 3 kilometer saja.

“Dari 19,5 kilometer ini kita menyisakan kurang lebih di STA 44 sampai dengan STA 47, kurang lebih 3 kilometer,” kata General Superintendent Proyek Tol Binjai-Pangkalan Brandan, Sunardi.

Artinya, progres proyek di ruas tol ini sudah sampai 93 persen penyelesaiannya.

Baca Juga: Peringkat Nasionalnya 174, SMAN 1 Lawang Ini Miliki Program Akselerasi yang Ditempuh 4 Semester Saja, Cek Penjelasannya di Sini

Namun di balik gesaan proyek jalan tol di Sumatera Utara ini ada fakta mencengangkan yang perlu diketahui masyarakat.

Kendala utama yang menyebabkan proyek ini molor adalah karena karakter tanah di lokasi lunak.

Oleh karena itu, Hutama Karya terapkan 3 metode pembangunan yang berbeda-beda demi bisa beres September 2024.

Baca Juga: Berakreditasi A, MAN 2 Kota Malang Ini Duduki Peringkat ke-19 Nasional sebagai Sekolah Terbaik: Intip Segudang Prestasinya!

Lantas apa saja 3 siasat cermat demi proyek ini berjalan mulus?

“Untuk penanganan tanah lunak sendiri itu ada beberapa metode yang kita gunakan, itu ada metode menggunakan pile slab, ada metode menggunakan replacement, dan ada juga menggunakan PVD dan Pre-Loading,”ujar I Made Winartha Sentana, dikutip inNalar.com dari Hutama Karya.

Sebagai informasi, I Made Winartha Sentana adalah Kepala Proyek Zona 4 pada bentang Tol Tanjung Pura-Pangkalan Brandan, Sumatera Utara.

Baca Juga: Bakal Menjulang Setinggi 4 Lantai, Progres Gedung Kantor Presiden di IKN Telah Capai 80 Persen: Kapan Rampung?

Siasat Cermat Pertama: Pile Slab

Pile Slab dipilih sebagai metode pembangunan jalan tol di lintasan Tol Trans Sumatra dikarenakan struktur tanah di dua daerah Sumatera Utara ini lunak.

Lokasi proyek yang berdekatan dengan tepian sungai dan juga berada di lingkungan tanah rawa membuat Hutama Karya memancang tiang Pile Slab ini.

Metode Pile Slab digunakan untuk tanah yang kedalamannya 5 meter, terang I Made Winartha Sentana.

Jadi bagian pile (tiang pancang) ini dilekatkan kepada kerangka konstruksi beton atasnya yang bernama Slab.

Itulah mengapa nama metode ini dinamakan dengan Pile Slab. Adapun siasat yang pertama ini diterapkan pada 4 titik sepanjang Jalan Tol Tanjung Pura-Pangkalan Brandan.

“Pile Slab ada empat titik,” ujarnya. “Satu di STA 39, satu di STA 47, ada juga di STA 55,” lanjutnya. “Ada di akses Brandan,” tuntasnya.

Siasat Cermat Kedua: Replacement

Berhubung lokasi proyek jalan tol di Sumatera Utara ini berdekatan dengan dua sungai besar, siasat kedua ini sangat terbantu dengan adanya batu kerikil dari alam sekitarnya.

Jadi metode pembangunan ini mengerahkan material pasir batu di lintasan STA 44.

Guna meningkatkan ketahanan tanah, Hutama Karya juga membentangkan kain geotextile demi ketahanannya bisa ampuh hingga 50 persen.

Metode replacement hanya diperuntukkan bagi tanah lunak yang kedalamannya berkisar 0 hingga 5 meter.

Siasat Cermat Ketiga: PVD, PHD, dan Pre-Loading

Lokasi proyek yang menggunakan metode PVD, PHD, dan Pre-Loading mencakup STA 42 + 400 sampai STA 43 + 750 dan STA 44 + 750 sampai STA 46 – 47.

Salah satu proses pembangunannya, yaitu memancang PVD atau mudahnya sedotan raksasa ke tanah hingga kedalaman paling dalamnya 18 meter.

Inilah 3 metode pembangunan yang dikerahkan Hutama Karya dalam mengebut pengerjaan Proyek Jalan Tol Tanjung Pura – Pangkalan Brandan Sumatera Utara.

Diharapkan proyek ini bisa beres pada September 2024.***

Rekomendasi