Dampak Perang Rusia Ukraina bagi Indonesia, Kekurangan Pasokan Gandum dan Pengaruhi Iklim Investasi

inNalar.com – Operasi militer yang dilakukan oleh pasukan Rusia di Ukraina masih berlangsung sampai saat ini. Perang di Eropa Timur yang melibatkan NATO ini telah menyebabkan kekhawatiran di seluruh penjuru dunia.

Dilansir inNalar.com dari artikel Pikiran Rakyat.com berjudul “Ekonom Mewanti-wanti Dampak Konflik Rusia-Ukraina, Pasokan Gandum akan Terhambat hingga Kenaikan Harga”

Konflik antara Rusia dan Ukraina yang sampai menimbulkan perang ini tentu akan berdampak pada perekonomian dunia. Bahkan Indonesia juga akan mendapatkan imbasnya.

Baca Juga: Berawal dari Perintah Revisi, Pencairan JHT Kembali ke Peraturan Lama

Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro, mengingatkan bahwa akan ada dampak jangka menengah dan panjang dari konflik Rusia dan Ukraina terhadap Indonesia, yakni konsumsi masyarakat kelas menengah ke bawah.

Diketahui, kedua negara berkonflik Rusia dan Ukraina merupakan produsen utama gandum. Gandum merupakan bahan yang kerap digunakan untuk membuat mi instan dan roti.

Gandum yang diimpor dari Rusia dan Ukraina dikenal murah dan merupakan bahan yang kompetitif. Dengan adanya perang, pasokan gandum akan terhambat dan harganya pun ikut meningkat.

Baca Juga: 4 Hal yang Dilarang Saat Hari Raya Nyepi, Apa Saja?

“Kalau masyarakat mengeluarkan uang lebih banyak untuk roti dan mi instan maka pengeluaran untuk barang lain berkurang.

Jadi akan mempengaruhi masyarakat menengah ke bawah yang memiliki porsi pengeluaran untuk makanan lebih besar dari pendapatannya,” kata Satria kepada Antara di Jakarta, Rabu, 2 Maret 2022.

Jika konflik dua negara tersebut terus berkepanjangan, maka pasokan gandum akan terhambat. Mau tidak mau Indonesia harus mengimpor gandum dari negara lain seperti India, Australia, dan Argentina.

Akan tetapi, menurut Satria, harga gandum di negara tersebut cenderung lebih mahal, sehingga pada akhirnya juga akan menimbulkan masalah lain yakni peningkatan inflasi dalam negeri dan mempengaruhi konsumsi rumah tangga.

Baca Juga: Sejarah Hallyu Part III, Tangan Dingin Pemerintah Korea Selatan dalam Globalisasi Korean Wave

Adapun dalam jangka panjang, konflik Rusia dan Ukraina akan turut mempengaruhi iklim investasi negara berkembang, termasuk Indonesia, meski secara temporer.

“Investor akan cenderung mengalihkan dana ke aset aman seperti dolar AS karena kekhawatiran akan konflik,” ujarnya, dikutip inNalar.com dari Pikiran-Rakyat.com

Sejauh ini Satria menyampaikan dampak konflik Rusia dan Ukraina terhadap perekonomian Indonesia masih belum terasa, seperti terhambatnya ekspor kelapa sawit dengan kedua negara.

Baca Juga: 20 Link Twibbon Khas Hari Raya Nyepi

Walau demikian, pemerintah diharapkan bisa membuat stimulus ekonomi yang lebih tepat target dalam menghadapi dampak konflik Rusia dan Ukraina, juga mempersiapkan kebijakan untuk mengatasi kenaikan harga komoditas.

Salah satu contoh kebijakan yang bisa dilakukan menurut Satria, yakni dengan menganggarkan subsidi yang lebih tinggi untuk komoditas yang saat ini mulai naik, hingga mengalihkan belanja negara untuk kegiatan prioritas.

Mengingat, sebentar lagi akan menghadapi momen puasa dan Idul Fitri yang biasanya disertai kenaikan berbagai bahan pokok di dalam negeri.***

(Yudianta Nugraha/Pikiran Rakyat.com)

 

Rekomendasi