

inNalar.com – Pada tahun 2018 yang lalu, telah terjadi gempa dahsyat di Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Bencana yang terjadi di Palu ini tidak hanya gempa bumi, tapi juga tsunami serta likuifaksi.
Sampai saat ini, becana yang menimpa Palu pada tahun 2018 masih menjadi duka yang mendalam bagi Indonesia.
Pada bencana tersebut, banyak rumah maupun fasilitas publik yang rusak. Salah satunya adalah Jembatan Palu IV Ponulele atau Jembatan Kuning.
Jembatan Palu IV mengalami kerusakan yang cukup parah sehingga harus direkonstruksi pada tahun 2022.
Proses rekonstruksi dimulai pada Juli 2022 dengan peletakan batu pertama dilakukan oleh Dirjen Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Kementerian PUPR, Herry Trisaputra Zuna.
Jembatan Palu IV menghubungkan antara kecamatan Palu Timur dan Palu Barat.
Baca Juga: Bendungan Raksasa Bakal Dibangun di IKN, Kalimantan Timur: Kerja Sama dengan Jepang?
Jembatan Palu IV yang dibangun kembali ini didesain dengan nilai seismik gempa dan tsunami sehingga jembatan ini akan kokoh dan tahan gempa.
Jembatan Palu IV membentang dengan panjang sekitar 2.500 meter.
Dengan bentangnya yang sangat panjang tersebut, jembatan ini juga difungsikan sebagai tsunami shelter.
Difungsikan seperti itu karena waktu evakuasi di pesisir Silebeta ini hanyalah empat menit.
Sangat berbanding jauh dengan daerah lain yang bahkan bisa sampai 15 menit.
Selain itu, pondasi-pondasi Jembatan Pali IV juga dibuat lebih tebal dan ditanam lebih dalam untuk menghindari terseret saat terjadi likuifaksi.
Pembangunan kembali Jembatan Palu IV ini mendapatkan dana hibah dari Pemerintah Jepang.
Dana hibah ini disampaikan melalui Japan International Coorporation Agency (JICA) pada tahun 2019.
Dana hibah yang diberikan kepada Indonesia untuk rekonstruksi Jembatan Palu IV ini adalah sejumlah 2,5 miliar Yen atau Rp 325 miliar.
Selain itu, pembangunan kembali jembatan ini juga dilakukan oleh kontraktor Jepang, Tokyu Construction dan bekerja sama dengan PT Waskita Karya.***