

inNalar.com – Kekayaan merupakan suatu anugerah yang luar biasa, salah satunya adalah kaya hati.
Kaya hati sendiri berasal dari lubuk hati seseorang dalam menjalani hidupnya.
Terkadang menjadi kaya hati juga tidak mudah karena hakikatnya manusia selalu berbuat kesalahan.
Meskipun dalam kondisi kesulitan atau fakir sekalipun, kaya hati sangat penting dijaga.
Buya Yahya menjawab salah satu pertanyaan mengenai cara menata hati agar selalu ingat akan kebaikan dalam kondisi yang fakir.
Jawaban tersebut tertuang dalam channel YouTube Buya Yahya, penjelasannya sebagai berikut.
Dilansir inNalar.com dari YouTube Buya Yahya bahwa dengan kefakiran yang dimiliki jangan sampai menjadikan diri untuk berbuat sesuatu yang haram.
Kefakiran tidak boleh dijadikan alasan supaya menjadi gelap mata dan melakukan keharaman.
“Sebab apa? Berarti kalau anda sudah dengan kefakirannya, untuk bisa bantu lalu melakukan haram berarti anda bukan mencari pahala, tapi ingin disebut oleh orang,” kata Buya Yahya.
Baca Juga: Unik! Tradisi 3 Desa di Jawa Timur Ini Tak Pernah Terlepas dari Pasir Sebagai Alas Tidur, Mengapa?
Disambung dengan penjelasan Buya Yahya, disebabkan jikalau fakir disertai niat yang benar, maka akan jauh dari keharaman. Bisa mendapatkan pahala yang besar.
Tidak perlu melakukan keharaman seperti mengambil modal yang haram untuk berbisnis.
Justru niat yang salah itu sudah termasuk bohong niatnya. Dikarenakan ingin disanjung oleh sesama manusia sahaja.
“Kalau hanya ingin dipandang Allah SWT dengan kefakiran anda, oke sudah diterima oleh Allah SWT. Maka pastikan anda dengan kefakiran tidak menggunakan modal haram, bisnis tidak haram, harus tetap di jalur Allah SWT itu tanda tulus niat anda,” lanjut Buya Yahya.
Kaya hati tersebut ialah hati yang tidak silau akan gemerlapnya kekayaan serta meningkatkan rasa syukur merupakan cara agar menjadi orang yang kaya hati.
Sehingga tidak pernah merasa terpuruk atas kefakiran yang dialami.
Buya Yahya berkata jika kaya hati itu penting, karena hal tersebut adalah wujud syukur karena Allah SWT.
Karena kaya hati itu sesuatu yang tidak bisa dibeli orang dan pastinya tidak akan terganti dengan apapun.
“Meskipun seseorang mempunyai gunung emas, tapi kalau tamak tidak kaya hati. Melarat terus dia,” ujar Buya Yahya.
Penjelasan berikut berlanjut dengan cara pandang agar tidak merasa terpuruk dalam kefakiran.
Sebagaimana yang dicontohkan Buya Yahya ini.
“lihatlah di sana ada orang yang lebih kurang baik nasibnya dari pada anda. Nah kalau anda hanya makan sekali di sana tiga hari nggak makan,” ujar Buya Yahya.
Sehingga berfikirlah seperti demikian agar dapat dengan mudah mensyukuri nikmat dan karunia-karunia Allah SWT.
Itulah pentingnya kaya hati yang mendapatkan pahala meskipun dalam kondisi kefakiran menurut Buya Yahya.***
(Niken Nareswati)