

inNalar.com – Waku menjabat sebagai divisi Diponegoro, Soeharto pernah membuat marah Soekarno.
Kenetralan yang ada dalam diri Soeharto terhadap politik, membuat dirinya tidak memiliki ambisi politik.
Melansir dari buku Biografi Tentang Soeharto karya A.Yogaswara, diketahui bahwa ada suatu peristiwa yang memicu kemarahan Soekarno terhadap Soeharto.
Baca Juga: Dinilai Kejam! Ini Dia Perlakuan Soeharto Kepada Soekarno yang Membuat Bung Hatta Berlinang Air Mata
Pada saat itu, ia menjalankan perannya sebagai kepala staf divisi Diponegoro sangatlah singkat.
Hal ini karena pada tanggal 3 Juni Soeharto diangkat menjadi Kepala Staf Divisi Diponegoro, tanggal 1 Januari kemudian, ia diangkat menjadi panglima Diponegoro dengan pangkat kolonel.
Meski bersifat netral, Soeharto tetap memberikan sifat loyalitasnya kepada pemerintah, meski ada beberapa kebijakan yang tidak sesuai pendapatnya.
Baca Juga: Siasat Licik Soeharto Lengserkan Soekarno Melalui Supersemar, Sebuah Dalih Keamanan Negara
Bersamaan dengan kenaikan pangkatnya, terjadi krisis dibeberapa daerah Sumatera, kecuali Medan.
Sehingga daerah-daerah tersebut menyatakan perlawanannya terhadap RI, hingga tanggal 14 Maret 1957 dideklarasikan keadaan darurat perang.
Di awal tahun 1958, muncul kemudian gerakan (Permesta) di Sulawesi yang diproklamirkan oleh teman Soeharto, Letkol Ventje Sumual.
Soeharto, kala itu menjadi panglima di Jawa yang paling bersemangat untuk mengirim pasukan, hingga tercatat 6 batalion telah dikirimkannya.
Termasuk didalamnya, dua orang kepercayaannya selama di divisi Diponegoro, yakni Yoga Sugama dan Ali Moertopo.
Hal itu membuat pemerintah pusat memberi perhatian positif, mengingat panglima di daerah Jawa lain ragu-ragu dalam mengirim pasukan.
Ini karena mungkin saja disebabkan oleh rasa enggan untuk saling bertempur melawan sesama rekan kemiliteran.
Pada masa itu juga, Soekarno melihat banyak kegiatan komunis yang kian menjadi-jadi, khususnya di daerah Jawa Tengah.
“Pada masa itu saya melihat kegiatan dan pengaruh Partai Komunis Indonesia (PKI) semakin hari bertambah besar”, kenang Soeharto.
Sampai akhirnya, ia berfikiran untuk mengadukan hal ini kepada Presiden Soekarno kala itu.
Hingga suatu ketika, terdapat kunjungan Presiden Soekarno, dan Soeharto ingin menyampaikan kekhawatirannya pada komunis.
Baca Juga: Serba-serbi Penyusunan Supersemar yang Disahkan Soekarno: Jadi Awal Kekuasaan Soeharto Dimulai
Namun jawaban Soekarno justru mengecewakan, Soekarno berkata kepada Soeharto “Kamu Soeharto adalah tentara, masalah politik itu urusan saya”, tegas Soekarno.
Mengingat Soeharto yang netral terhadap politik, hal ini tidak berpengaruh dipikirannya.
Hanya saja, Soeharto sangat membenci kaum komunis, sehingga ada sebagian rasa lega karena sudah menyampaikan maksudnya, dan ada rasa kebencian yang tertahan di hatinya.
Keadaan politik Indonesia yang masih muda, mencari bentuk yang pas untuk menjalani kehidupannya, dan mengalami perubahan.
Inilah kejadian yang membuat Soekarno pernah memarahi Soeharto ketika menjadi panglima Divisi Diponegoro.***