Bukan Soal Alien atau UFO, Para Ilmuwan: Teknologi AI Bisa Bedakan dan Deteksi Kehidupan di…

inNalar.com – Para ilmuwan telah menemukan terobosan sebuah teknologi AI besar dalam mendeteksi tanda-tanda kehidupan di planet lain.

Para ilmuwan meyakini penemuan AI tersebut sebagai pemberi harapan baru dalam pencarian kehidupan di planet selain bumi.

Dalam beberapa dekade terakhir, teknologi yang mencakup teleskop, satelit, dan penjelajah baru telah menemukan tanda-tanda menarik dari unsur-unsur kehidupan di planet dan bulan lain, baik di dalam maupun di luar tata surya kita.

Baca Juga: ARPA-H Danai USD45 Juta ke Penelitian Implan untuk Mengobati Penyakit Kanker, Obatnya Segera Ditemukan?

Namun belum bisa diketahui secara pasti apakah kehidupan di luar bumi pernah ada, atau apakah ada lokasi di mana kehidupan tersebut mungkin memang ada saat ini.

Dilansir inNalar.com dari Newsnow, Di Star Trek telah dapat mengetahui apakah ada tanda-tanda kehidupan di planet lain atau tidak caranya hanya dengan menggunakan detektor tanda-tanda kehidupan dan menunggu hasilnya.

Para ilmuwan dan ahli astrobiologi tidak memiliki Starship Enterprise, apalagi tricorder genggam yang praktis, untuk melakukan pekerjaan tersebut.

Baca Juga: Amalan Agar Rezeki Berlipat Ganda, Ustadz Khalid Bassalamah: Passwordnya Hanya Satu, Yaitu…

Oleh sebab itu, mereka mengandalkan pencarian “petunjuk” yang lebih umum mengenai kehidupan untuk menyimpulkan keberadaannya.

Petunjuk tersebut misalnya dengan mempelajari Venus yang merupakan sebuah planet terdekat dari Bumi.

Dari hasil tersebut ditemukan bahwa ada tanda kimia fosfin di wilayah atmosfer planet yang mungkin cocok untuk jenis makhluk hidup mikroskopis tertentu yang ada di Bumi.

Baca Juga: Dorong Diet Kalori Surplus, dr Cahyono Jelaskan 3 Tips Hidup Sehat, Bukan Hanya Soal Makanan!

Namun, fosfin juga bisa terbentuk karena proses alami, sehingga ilmuwan belum memastikan dengan tingkat kepastian yang tinggi bahwa adanya kehidupan di awan Venus hanya karena ada fosfin.

Baru-baru ini, para ilmuwan yang menggunakan Teleskop Luar Angkasa James Webb menemukan tanda kimia dimetil sulfida (DMS) di atmosfer sebuah planet ekstrasurya jauh bernama K2-18B.

Di Bumi, DMS hanya dihasilkan melalui proses biologis, sehingga banyak yang mengira jika kehadirannya di planet lain bisa menandakan adanya kehidupan di sana.

Baca Juga: Redakan Jerawat Meradang dengan Cuka Apel, dr Cahyono Jelaskan Manfaat Cuka Apel dalam Islam

Tentu saja, hal ini masih berupa spekulasi, karena para peneliti belum cukup mengetahui proses kimia yang tepat di planet tersebut untuk mengesampingkan asal usul abiotik.

Menurut para ilmuwan dari Carnegie Science Earth and Planets Laboratory, menyatakan bahwa mereka telah mengembangkan alat teknologi AI baru.

Alat baru tersebut merupakan teknologi AI yang diyakini memiliki potensi untuk mengubah dunia yang mampu melihat melampaui petunjuk proses biologis.

Baca Juga: Fakta Mencengangkan! Berkat Lalat Buah, NASA Mampu Membuka Proyek Besar Astronot ke Ruang Angkasa

AI akan menggunakan struktur fisik sampel yang sebenarnya membutuhkan kepastian sebanyak 90 persen untuk menentukan apakah hal tersebut benar atau tidak dan bersifat biotik atau abiotik.

Jika dipasang pada satelit atau penjelajah, teknologi AI tersebut dapat secara dramatis mengubah cara ahli astrobiologi mencari tanda-tanda kehidupan di planet lain.

Dalam sebuah studi Proceedings of the National Academy of Sciences , metode baru ini akan menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk dapat menganalisis struktur sampel pada tingkat atom.

Baca Juga: dr Cahyono Bocorkan Penyebab Penyakit Kronis Sulit Diobati dan Disembuhkan, Apakah Gaya Hidup Berpengaruh?

Secara khusus, para peneliti mengatakan bahwa mereka telah menunjukkan jika “AI dapat membedakan sampel biotik dan abiotik dengan mendeteksi perbedaan halus dalam pola molekul sampel.”

Untuk membuat penentuan tersebut, sampel yang dipilih nantinya akan menjalani proses “analisis kromatografi gas pirolisis”.

Proses tersebut akan memecah sampel menjadi bagian-bagian komponennya dan akan dilakukan pengidentifikasian secara satu per satu.

Baca Juga: Kram Pertanda Tubuh Terserang Penyakit Berbahaya? dr Cahyono Beberkan Fakta Mengejutkan

Kemudian nantinya spektrometer massa akan digunakan untuk menentukan berat molekul komponen yang diidentifikasi.

Data ini kemudian dimasukkan ke dalam AI yang telah dilatih berdasarkan “data multidimensi” dari 134 sampel abiotik atau biotik.

AI nantinya akan menetapkan dasar tentang apa yang bersifat biologis dan apa yang bukan bersifat biologis.

Artinya, alat AI khusus ini telah dilatih untuk melihat susunan struktural dan komposisi spesifik suatu sampel untuk menentukan apakah sampel tersebut hidup (atau pernah) atau hanya batuan abiotik yang terbentuk secara alami.

Metode deteksi kehidupan baru, sistem ini berhasil mengidentifikasi berbagai sampel biotik dan abiotik dengan akurasi 90 persen.

Hal ini mencakup benda-benda hidup, seperti cangkang modern, gigi, tulang, serangga, dedaunan, beras, rambut manusia, sel-sel yang terawetkan, sisa-sisa kehidupan purba yang diubah oleh proses geologis (misalnya batu bara, minyak, amber

Adapula fosil kaya karbon, serta sampel yang berasal dari abiotik, seperti bahan kimia laboratorium murni (misalnya asam amino) dan meteorit kaya karbon.

Tim penelitian menyampaikan jika metode analisis rutin ini berpotensi merevolusi pencarian kehidupan di luar bumi dan memperdalam pemahaman tentang asal usul kimia kehidupan paling awal di Bumi.

Hal ini akan membuka jalan bagi penggunaan sensor pintar pada robot pesawat ruang angkasa, pendarat, dan penjelajah untuk mencari tanda-tanda kehidupan sebelum sampel kembali ke Bumi.***

 

Rekomendasi