

inNalar.com – Bendungan Napun Gete merupakan salah satu dari tujuh bendungan yang dibangun semasa pemerintahan Presiden Joko Widodo untuk Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Melansir presidenri.go.id, Presiden Jokowi meninjau sekaligus meresmikan bendungan yang dibangun dengan anggaran sebesar Rp880 miliar, pada Selasa, 23 Februari 2021.
Bendungan Napun Gete memiliki kapasitas tampung hingga 11,22 juta meter kubik dengan luas genangan mencapai hampir 100 hektare.
Pembangunan ini dimulai pada Desember 2016 dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan irigasi di sekitar 300 hektare sawah.
Selain itu, dapat menyediakan suplai air baku sebanyak 214 liter per detik untuk dua pertiga penduduk Kabupaten Sikka dan berpotensi menghasilkan listrik sebesar 0,1 megawatt.
Bupati Sikka juga menyatakan bahwa dengan adanya Bendungan Napun Gete akan mendorong agar indeks pertanaman yang semula hanya satu kali setahun bisa ditingkatkan menjadi tiga kali tanam per tahun.
Baca Juga: Merugi Rp3.400 Triliun Gegara Tsunami, Jepang Gercep Bangun Tanggul Laut Raksasa Terkuat di Dunia
Namun, meskipun begitu, dam ini ternyata belum mampu mengatasi persoalan krisis air yang melanda Nusa Tenggara Timur.
Pemerintahan Joko Widodo sebelumnya menjanjikan pembangunan tujuh bendungan untuk meningkatkan kemakmuran.
Tetapi kenyataannya manfaat yang diharapkan jauh dari harapan.
Salah satu buktinya adalah perjuangan warga dalam menghadapi krisis air bersih, terutama di Dusun Natarita NTT.
Sumber air yang mereka andalkan, yaitu sebuah “kubat” atau lubang berisi air rembesan tanah, sangat terbatas dan seringkali tidak cukup.
Air tersebut hanya digunakan untuk kebutuhan mendesak, seperti minum dan memasak, karena jumlahnya yang terbatas.
Proses pengambilan air pun memakan waktu lama.
Theresia Tesi, seorang warga, mengungkapkan bahwa ia membutuhkan dua jam untuk mengisi 20 liter air, dengan kondisi air yang sering habis.
Selain air dari kubat, warga juga mengambil air dari mata air Wair Pu’an yang terletak sekitar 4-5 kilometer dari rumah mereka.
Namun, meskipun air ini lebih banyak tersedia, air dari Wair Pu’an tidak digunakan untuk minum atau memasak karena kandungan kapurnya yang tinggi.
Warga hanya menggunakannya untuk mandi dan mencuci.
Ongkosnya pun cukup mahal, yakni sekitar Rp30.000-40.000 untuk perjalanan pulang pergi, dan dibutuhkan waktu sekitar 20 menit berkendara.
Beberapa bantuan telah datang kepada mereka.
Bantuan terakhir datang dalam bentuk dua mobil tangki yang memasok air dari Polres Sikka, serta satu mobil tangki dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sikka.
Namun, pasokan air dari mobil tangki ini sangat terbatas, dan warga masih harus berjuang untuk mendapatkan air bersih setiap hari.
Pada 2022, kepala Dusun Natarita, Yulius, mengungkapkan bahwa 15 warga setempat telah memberikan persetujuan untuk pembebasan lahan guna jalur pipa dari Bendungan Napun Gete, setelah dijanjikan pasokan air bersih.
Namun, meskipun persetujuan telah diberikan, hingga kini pipa tersebut belum sampai ke desa mereka.
Warga merasa kecewa dan meragukan manfaat dam tersebut untuk mereka, mengingat Natarita terletak lebih tinggi dari lokasi penampungan air ini.
Pemerintah Kabupaten Sikka mengakui bahwa manfaat dari Bendungan Napun Gete belum bisa dirasakan seluruh warga.
Penjabat Sekretaris Daerah Kabupaten Sikka, Margaretha Moldaves Da Maga Bapa, menyatakan bahwa mereka masih menunggu kelanjutan informasi dari pemerintah pusat.
Sebab proyek ini sudah menjadi bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN).
Pihak pemerintah Sikka sudah berupaya untuk koordinasi dengan pemerintah pusat dan DPR RI agar dam dapat segera dimanfaatkan.
Pada tahun depan, pembangunan jaringan transmisi air baku dan irigasi direncanakan akan dimulai.
Sementara itu, untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga, pemerintah setempat mengirimkan pasokan air menggunakan mobil tangki.
Pemerintah pusat juga membantu dengan membuat sumur bor di beberapa titik untuk mengatasi kesulitan air bersih di daerah tersebut.
Warga Dusun Natarita pada awalnya setuju untuk membebaskan lahan demi jalur pipa dari Bendungan Napun Gete, dengan janji akan mendapatkan pasokan air bersih. Namun, hingga saat ini, pipa tersebut belum sampai ke desa mereka.
Tidak hanya di Dusun Natarita, warga di Dusun Denak, Desa Tua Bao, Kecamatan Waiblama, Kabupaten Sikka, juga masih kesulitan memperoleh air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.
Mereka harus berjalan sejauh 3 kilometer ke Kali Nuba untuk mendapatkan air minum.
Sumber air dari Kali Nuba menjadi satu-satunya harapan warga untuk kebutuhan mandi, mencuci, dan membawa pulang air untuk konsumsi.
Meskipun pemerintah pusat telah membangun dam besar, salah satunya bendungan Napun Gete ini, masalah krisis air di Nusa Tenggara Timur belum juga teratasi.
Dewa Ayu Putu Eva Wishanti, seorang ahli pembangunan air mengatakan pembangunan tempat penampungan air bukanlah solusi yang cukup.
Setiap wilayah di NTT memiliki faktor penyebab kekeringan yang berbeda, dan untuk menjaga keberlanjutan dari dam yang dibangun, diperlukan biaya operasional yang besar.
Meskipun proyek bendungan di NTT diharapkan dapat membawa kemakmuran bagi masyarakat.
Namun, bagi warga di daerah terpencil seperti Natarita, harapan tersebut jauh dari kenyataan. Mereka masih harus berjuang untuk mendapatkan air bersih untuk kebutuhan dasar mereka.*** (Aliya Farras Prastina)