

inNalar.com – Geliat PT Aneka Tambang Tbk dalam mengguritakan bisnis nikel semakin terlihat serius lantaran tidak hanya menyoal pembangunan smelter baru di Maluku Utara.
Bahkan ANTAM menjalin kerja sama dengan PT PLN untuk memastikan pasokan listrik menuju lokasi operasional pabrik feronikel haltim.
Sebagai selingan, perusahaan pertambangan ini telah mengabarkan progres kelanjutan proyeknya melalui keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Sebagaimana tertanggal 14 September 2023, proyek garapan emiten handal ini mulai memasuki tahapan First Metal Tapping.
Penting untuk diketahui, First Metal Tapping adalah tahapan ketiga yang merupakan bagian dari serangkaian commissioning.
Dengan kapasitas tahap pertama, pabrik feronikel haltim diproyeksikan bakal mampu melakukan produksi sebesar 13.500 ton TNi.
Harapan jangka panjangnya, ANTAM semakin menanjakkan kapasitas produksinya hingga 40.500 TNi.
Dalam rangka menanjaki impian produksi jumbonya, tentu pasokan listrik tetap perlu diamankan oleh pihak perusahaan.
Pasalnya proses aktivitas pengolahan dan pemurnian nikel tidak akan terlepas pengaktifannya dari sumber energi yang berasal dari pembangkit listrik.
Oleh karena itu, PT Aneka Tambang Tbk kemudian melaksanakan perjanjian jual beli tenaga listrik dengan PLN terkhusus untuk proyek pabriknya yang ada di Kabupaten Halmahera Timur, Maluku Utara.
Dari adanya perjanjian tersebut, pihak perusahaan mendapatkan kejelasan mengenai deretan biaya yang perlu ditunaikan kepada pihak pemasok listrik.
Mulai dari biaya mobilisasi senilai Rp719.902, biaya preservasi senilai Rp20.484 dan biaya demobilisasi sebesar Rp645.396, mengutip dari Laporan Keuangan ANTAM Kuartal III Tahun 2023.
Baca Juga: Percepat Commisioning Smelter, Jumlah Keuntungan PT Amman Mineral Internasional Anjlok
Seiring dengan kesepakatan di antara kedua belah pihak, akhirnya PLN berhasil melakukan sinkronisasi salah satu unit pembangkit berkapasitas 15 Megawatt yang ada di Sumatera Selatan dan Jambi.
Pelayanan tahap pertama diketahui telah dinyalakan sebesar 15 MW sejak 2022, sedangkan tahap kedua dayanya sebesar 75 Megawatt.
Perlu diketahui, proyek smelter feronikel yang digarap entitas PT Feni Haltim ini menelan biaya investasi sebesar USD1,6 miliar atau setara dengan Rp20 triliun.
Sebagai informasi tambahan, ANTAM tengah melancarkan strategis pengguritaan bisnis utamanya dengan membangun pabrik pengolahan dan pemurnian nikel di dekat area tambangnya.
Setidaknya terdapat area konsesi tambang di Halmahera Timur ini yang terpecah kepemilikannya.
PT Feni Haltim sendiri diketahui mengelola IUP Maba seluas 3.648 hektare, sedangkan sisa total konsesinya dialihkan kepada dua anak perusahaan induk lainnya.
Kedua perusahaan yang dimaksud adalah PT Sumberdaya Arindo dan PT Nusa Karya Arindo.
PT Sumberdaya Arindo diketahui mengambil alih konsesi Tanjung Buli dan Sangaji Utara seluas 14.421 hektare.
Sementara PT Nusa Karya Arindo mengelola IUP seluas 20.763 hektare dari area Moronopo, Sangaji Selatan, dan Sangaji Tenggara. ***