

inNalar.com – Bendungan Mbay muncul salah satu dari Proyek Strategis Nasional yang menjanjikan di tengah urgensi kebutuhan akan pengelolaan air yang lebih baik.
Terletak di Nusa Tenggara Timur (NTT), Bendungan Mbay diproyeksikan menjadi akan menjadi infrastruktur pengelolaan air termegah di Indonesia, memberikan harapan baru bagi masyarakat dan sektor pertanian di sekitarnya.
Infrastruktur Bendungan Mbay ini akan memiliki peranan penting dalam mendukung ketahanan pangan dan pengelolaan sumber daya air di Indonesia bagian Timur.
Karena latar belakang dari proyek ambisius ini adalah sebagai respons terhadap tantangan yang dihadapi oleh NTT, terutama dalam hal ketahanan pangan dan pengelolaan air.
Dengan kondisi geografis yang kering dan sering mengalami kekeringan dan sulit untuk ditanami oleh tumbuhan.
Pembangunan bendungan ini bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan air bagi pertanian dan kebutuhan sehari-hari masyarakat.
Berlokasi di Desa Rendubutowe, Kecamatan Aesesa Selatan, Kabupaten Nagekeo, NTT.
Proyek ini akan dilengkapi dengan luas genangan mencapai 499,55 hektar dan kapasitas tampung sebesar 51,74 juta m³, bendungan ini dirancang untuk memenuhi berbagai kebutuhan air masyarakat setempat.
Selain itu, bendungan ini akan menyuplai air irigasi untuk lahan pertanian seluas 4.200 hektare, dengan potensi pengembangan tambahan hingga 1.900 hektare.
Melansir dari Direktorat Jendral Sumber Daya Air progres konstruksi fisik Bendungan Mbay telah mencapai sekitar 23% pada November 2024.
Pembangunan ini dimulai pada akhir tahun 2021 dan ditargetkan selesai pada akhir tahun 2025, yang dalam prosesnya akan dibagi menjadi dua paket pekerjaan.
Yang di mana Paket I dikerjakan oleh PT Waskita Karya dan Paket II oleh PT Brantas Abipraya. Dengan cakupan anggaran sebesar Rp 1,47 triliun.
Salah satu manfaat utama dari infrastruktur pengelolaan air ini adalah kemampuannya untuk mengairi lahan pertanian seluas sekitar 4.200 hektare.
Dengan adanya irigasi yang lebih baik, produksi beras di Nagekeo diperkirakan akan meningkat hingga 250%, memberikan kontribusi signifikan terhadap ketahanan pangan daerah.
Ini merupakan langkah penting dalam mencapai ketahanan pangan bagi masyarakat lokal dan mengurangi ketergantungan pada pasokan beras dari luar daerah NTT.
Tak hanya itu Bendungan ini juga dirancang untuk mengurangi risiko banjir dengan menampung debit banjir Sungai Aesesa sebesar 283 m³/detik.
Dengan demikian, masyarakat setempat akan lebih terlindungi dari bencana alam yang sering terjadi.
Selain untuk irigasi pertanian, Bendungan Mbay juga akan menyediakan air baku untuk kebutuhan masyarakat sebesar 205 liter/detik.
Yang di mana ini akan sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan air bersih bagi penduduk setempat.***