

inNalar.com – Renovasi gereja tertua di Jawa Tengah sedang digesa Pemerintah Kota Semarang.
Pemugaran Gereja Blenduk Semarang dilakukan agar perayaan Natal 2024 dapat diselenggarakan dengan nyaman.
Dikarenakan usia bangunan yang masuk dalam kategori tertua di Jawa Tengah, anggaran yang digelontorkan untuk renovasi gedungnya pun terbilang fantastis.
Gereja Blenduk, yang resmi bernama Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Immanuel Semarang dibangun pada 1753 yang artinya kini telah berusia 271 tahun.
Pemerintah, melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), mengalokasikan anggaran sebesar Rp26,2 miliar dari APBN untuk proyek ini.
Renovasi gereja dimulai pada Mei 2024 dan dijadwalkan selesai kontrak pada 31 Desember 2024, dengan target utama menyelesaikannya sebelum Natal, tepatnya 20 Desember.
Baca Juga: Berbekal Investasi Rp13,96 Triliun, Smelter di Kalimantan Barat Akan Tingkatkan Ekonomi Lokal
Lingkup pekerjaan mencakup perbaikan struktur utama seperti tambur, menara, atap kubah, dan cupola, serta pembenahan portico, rumah lonceng, lanskap, drainase, dan fasilitas seperti toilet.
Sistem mekanik-elektrik gereja, termasuk tata udara, tata suara, CCTV, sistem penerangan, dan fire alarm, juga menjadi bagian penting dari renovasi bangunan.
Sebagai salah satu ikon Kota Semarang, Gereja Blenduk bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga daya tarik wisata religi yang kaya akan nilai sejarah.
Sejak awal pendiriannya, gereja ini digunakan oleh jemaat Kristen yang merupakan bagian dari komunitas Belanda di Indonesia.
Nama ‘Blenduk’ sendiri berasal dari bentuk kubah gereja yang unik, menyerupai gundukan atau ‘blenduk’ dalam bahasa Jawa.
Pada 1895, Gereja Blenduk mengalami renovasi besar di bawah arahan arsitek Belanda H.P.A. de Wilde dan W. Westmaas.
Renovasi ini mencakup penambahan menara di kedua sisi bangunan dan pembaruan atap kubah yang menonjol hingga kini.
Renovasi berikutnya dilakukan pada 2003 untuk menjaga kelestarian bangunan sebagai salah satu warisan sejarah.
Pemerintah berharap revitalisasi ini dapat menjadi katalisator pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif, serta memperkuat semangat hidup rukun di tengah masyarakat.
Dengan selesainya revitalisasi, Gereja Blenduk diharapkan tetap menjadi pusat kegiatan keagamaan bagi jemaatnya dan magnet wisata sejarah bagi wisatawan lokal maupun internasional.
Revitalisasi ini merupakan bagian dari komitmen pemerintah untuk melestarikan warisan budaya sekaligus mendukung pembangunan yang berkelanjutan.***(Muhammad Arif)