Bermula Dari Hobi Ternak Lebah, Mahasiswa Gen Z Asal Pacitan Raup Jutaan Rupiah Sekali Transaksi

inNalar.com – Perintis bukanlah pewaris itulah kata yang cocok disematkan kepada Mahasiswa bernama Tasaki Fattah Hidayat Afriansyah dari Kabupaten Pacitan, Jawa Timur.

Wirausaha dengan nama Millenial_Bee_Farm menunjukkan bahwa hobi ternak lebah bisa menjadi ladang pasif income untuk Gen Z yang ingin mendapatkan cuan lebih.

Bermula pada masa covid-19 yang melanda Indonesia dan dunia pada tahun 2020 menjadikan dia memulai hobi barunya untuk mengisi waktu luang.

Baca Juga: 7 Desa Tertinggi di Indonesia dengan Keindahan Eksotis, Nomor 1 Terletak di Kabupaten Seluas 688 km di Jawa Timur Ini

Dia tidak tahu bahwa perbuatanya itu akan menimbulkan perubahan yang cukup signifikan dalam hidupnya.

Ternak lebah yang dianggap masyarakat sulit dalam pengelolaanya dikarenakan membutuhkan ruang lingkup terbuka dan tidak takut dengan sengatan lebah telah menjadi santapan sehari-hari mahasiswa ini.

Kawasan Kabupaten Pacitan yang masih terjaga dari tingginya polusi udara dan cahaya menjadi tempat yang sangat tepat dalam budidaya ternak lebah.

Baca Juga: Hanya 2 Jam dari Semarang, Desa Terindah dan Terbersih di Tengah Hutan Gunung Lawu Ini Cocok Banget Buat Healing

Hal ini dibutuhkan karena hewan lebah harus memiliki tempat hidup dengan vegetasi bunga atau tumbuhan dengan sari bunga yang tinggi agar menghasilkan kualitas madu tinggi.

Cita rasa setiap madu yang dihasilkan biasanya akan berbeda dari satu jenis bunga dengan jenis bunga lainya.

Untuk memikat banyaknya lebah yang datang dibutuhkan vegetasi bunga atau pakan bunga yang diletakan didalam kotak budidaya yang biasanya disebut glodok.

Baca Juga: Kepribadian si Introvert dan Ekstrovert Ternyata Bisa Ketahuan dari Genre Musik Kesukaan Loh

Konsistensi dalam berwirasusaha akhirnya dilirik oleh Pemerintah Kabupaten Pacitan dan menjadikan dia kandidat yang menerima program YESS HK Kompetitif.

Sebuah bantuan modal usaha yang diberikan secara cuma-cuma dari Kementrian Pertanian kepada para wirausaha dari pedesaan agar terus berkembang.

Bantuan tersebut meliputi pelatihan pendanaan HK Kompetitif program YESS, membantu pemasaran madu, dan menjadi supplier madu tetap dari dinas kehutanan.

Baca Juga: Habiskan Rp5 Miliar, Rambu Solo Tana Toraja Jadi Pemakaman Termahal di Dunia

Dari sekotak kayu budidaya untuk hobi pada tahun 2020, sekarang telah berkembang lebih dari 50 kotak budidaya atau glodok dan pengolahanya dilakukan oleh 1 orang saja.

Setelah mendapat sokongan penuh dari pemerintah, mahasiswa satu ini mendapatkan banyak pelatihan dan memliki kesempatan bertemu dengan banyak peternak lebah.

Sampai akhirnya mahasiswa tersebut memutuskan mencoba peruntungan pasar penjualan madu dari hasil ternak lebah madu murni dari alam.

Baca Juga: Tulisan Tangan Berantakan? Tak Perlu Khawatir Justru Anda Tergolong Orang dengan Sifat Seperti Ini

Hobi yang semula hanya untuk mengisi waktu luang semata, sekarang telah beralih menjadi usaha sampingan dengan pendapatan sekali penjual hampir mencapai Rp4 juta-an.

Penjualannya bisa sampai keluar wilayah Kabupaten Pacitan, bahkan paling jauh sampai saat ini untuk di Pulau Jawa terletak di Bawean.

Hal tersebut dapat terjadi karena penjualanya menggunakan platform online mulai dari media sosial maupun e-commerse.

Baca Juga: Desa Wisata Sekaligus Desa Adat Terbersih di Dunia ada di Indonesia! Hanya Berjarak 50 Km dari Pantai Terpopuler di Pulau Bali

Madu akan dikirimkan dengan dimasukkan kedalam botol kaca dengan ukuran 460 ml sampai 500 ml kemudian dibungkus menggunakan kotak kayu agar botol tidak terguncang saat pengiriman.

Budidaya yang dilakukan tasaki dapat membuktikan bahwa generasi sandwich juga memiliki minat dan potensi untuk memajukan sektor ekonomi daerah melalui wirausaha.***(Wahyu Adji Nugraha)

Rekomendasi