
inNalar.com – Pondok pesantren di Temanggung ini jadi wadah bagi teman tunarungu dan tunawicara untuk menimba ilmu agama.
Pondok ini berbeda dengan pesantren pada umumnya, karena ponpes ini menjadi ruang yang nyaman bagi para santri tunarungu dan tunawicara.
Pada dasarnya, seluruh umat muslim berhak untuk mendapatkan akses belajar mendalami ilmu agama. Tidak terkecuali teman tunarungu dan tunawicara, tetapi masih kerap mendapatkan keterbatasan akses pendidikan.
Baca Juga: Persawahan Yogyakarta ‘Disulap’ Jadi Eko Pesantren Assalafiyyah Mlangi, Begini Tampilannya
Dengan hadirnya pondok pesantren di Temanggung ini menjadi cahaya bagi mereka untuk bisa menimba dan memperdalam ilmu agama.
Pondok khusus tunarungu dan tunawicara ini bernama Abata yang terletak di Jalan Gatot Soebroto No.KM 2, RT 04 RW 01, Karangsari, Manding, Kecamatan Temanggung, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.
Para santri tunarungu dan tunawicara bisa dengan nyaman menimba ilmu di pesantren Abata ini.
Setiap hari, para santri melakukan terapi wicara dengan guru yang telah bersertifikat.
Selain itu, para santri juga dilatih membaca bibir. Dengan terapi wicara yang diberikan di pesantren ini menjadi salah satu upaya untuk membantu para santri berkomunikasi dengan lancar.
Di balik kemuliaan yang dilakukan pesantren Abata Temanggung, ternyata ada kisah menyentuh di baliknya.
Ponpes Abata ini didirikan oleh Muchlis Nuryanta yang memiliki pengalaman sulitnya mencari sekolah bagi putri sulungnya yang memiliki keterbatasan pendengaran.
Muchlis Nuryanta menjelaskan betapa sulitnya mendampingi putrinya saat mencari sekolah dan mengajarinya mengucap.
Dari hal itu, tercetuslah sanggar belajar wicara bernama Rumah Abata sebelum menjadi sebuah tempat menimba ilmu agama yang nyaman di Temanggung.
Di pondokan ini digunakan konsep Abata untuk mengajadi para santrinya yang memfokuskan pada metode membaca bibir.
Sanggar belajar wicara Rumah Abata ini ini kemudian mendapatkan respons yang positif dari masyarakat, sehingga didirikanlah pesantren Abata ini.
Baca Juga: Cek Fakta Deep Learning Bakal Gantikan Kurikulum Merdeka
Di pesantren yang terletak di Temanggung ini para santri diajarkan tentang akhlak, ibadah, tahfidz atau menghafal Al-Qur’an.
Di sisi lain juga diajarkan komunikasi lisan dan isyarat, pengembangan minat dan bakat, serta kewirausahaan bagi santri.
Diketahui, pesantren ini sudah memiliki 43 santri putri dan 6 santri putra. Sejak didirikannya pada tahun 2016, Ponpes Abata sudah cukup dikenal di kalangan masyarakat.
Baca Juga: Pendekatan Belajar Deep Learning Bakal Jadi Tren Pendidikan Indonesia di 2025?
Para santri tunarungu dan tunawicarayang menimba ilmu di sini berasal dari berbagai daerah di Indonesia seperi Jawa Tengah, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, bahkan hingga Kalimantan Timur.
Langkah yang dilakukan Pesantren Abata Temanggung ini bisa menjadi inspirasi bagi pesantren dan lembaga pendidikan lainnya untuk memberikan kesempatan bagi teman-teman disabilitas untuk bisa menimba ilmu.
Jadi, itulah informasi mengenai pesantren Abata di Temanggung, tempat santri tunarungu dan tunawicara menimba ilmu. ***