Berjuluk Kampung si Mata Biru, Penduduk Desa Unik di Pesisir Barat Aceh Ini Mayoritas Berparas Eropa


inNalar.com – Ada fakta menarik yang cukup mencengangkan dari desa unik yang terletak di perbatasan laut bagian barat Aceh.

Tahukah bahwa mayoritas penduduk desa unik di Aceh ini berparas rupa seperti orang Eropa.

Pasalnya saat menelusuri pedesaan tersebut, kebanyakan warganya memiliki rambut pirang, hidung mancung, dan berperawakan tinggi.

Baca Juga: 5 Destinasi Wisata yang Wajib Dikunjungi di Dieng Saat Lebaran, Nomor 4 Mirip Ranukumbolo Gunung Semeru

Lebih menariknya lagi, penduduk desa yang tinggal di Aceh ini memiliki warna mata biru yang semakin mempercantik rupanya.

Usut punya usut, rupanya asal-usul ras keturunan yang tersebar di desa pelosok Aceh ini memang disebar oleh orang Eropa.

Rupanya keunikan pemukiman berjuluk Kampung Bule initernyata bermula sejak sejarah Kerajaan Daya.

Baca Juga: Terangkat hingga 52 Mdpl, Daratan Jawa Tengah Ini Tadinya Berada di Dasar Samudera: Lokasinya 119 km dari Jogja

Kerajaan Daya sendiri terletak di daerah Lanmo, salah satu surganya pusat pertanian dan perkebunan lada.

Sekitar abad ke-14 hingga 16, orang-orang Portugis berlabuh di tepian pesisir barat Aceh yang niat awalnya untuk berdagang.

Namun lama kelamaan warga asal Eropa tersebut akhirnya nyaman dan menikah dengan penduduk desa lokal yang ada di Aceh.

Baca Juga: HTMnya Cuma Rp4 Ribu, Menjelajahi Panorama Eksotisme Ekowisata Amazon Mini di Tuban: Jadi Magnet Pariwisata Baru

Perkawinan antara pendatang dari Portugis dengan penduduk lokal Aceh ini pun dibenarkan dalam runutan kesejarahannya.

Tidak hanya asimilasi budaya yang terjadi, sisa-sisa paras khas bule tersebut tersisa hingga sekarang.

Desa Lanmo di pesisir barat Aceh ini mayoritas fisik penduduknya mirip dengan orang Eropa, bahkan memiliki warna mata biru.

Kita akan banyak melihat perempuan dan laki-laki warna kulitnya putih dan hidungnya pun mancung.

Kampung yang jaraknya sekitar 86 kilometer dari Banda Aceh ini juga mendapatkan julukan ‘si Mata Biru’.

Sebagian penduduk yang mewariskan keturunan genetik mata biru ini jika dipautkan boleh jadi terkait dengan kedatangan orang Portugis.

Keunikan lainnya juga terletak di bagian bahasanya, penduduk Desa Lanmo ini juga disebut memiliki dialek yang paling beda.

Apabila dikaitkan dengan kesejarahan bahasanya pun terkait erat dengan warisan bahasa yang terpengaruh oleh bahasa Portugis.

Sebagai informasi ringan tambahan, terdapat anekdot rakyat yang cukup menggelitik para warga Aceh setempat.

Anekdot rakyat ini berkaitan dengan asal-usul penamaan Desa Lanmo.

Konon, dahulu wilayah itu didatangi oleh dua orang warga asing, satunya berasal dari negeri Arab dan yang lainnya dari negeri Barat.

Dikarenakan bahasa mereka yang berbeda, tetapi warga lokal tetap ramah dan akrab dengan kedua warga asing.

Seringkali warga lokal mendengar kata ‘lan’ yang dalam bahasa Arab artinya adalah jawaban penekanan untuk kata ‘tidak’.

Sementara warga Barat yang dimungkinkan dari Eropa ini mengungkapkan ekspresi penolakannya dengan kata ‘no’.

Maka ketika digabungkan kedua kata asing itu jadilah Desa Lanmo yang hingga kini penduduknya masih hidup turun-temurun.***

Rekomendasi