

inNalar.com – dilansir dari indonesia.go.id, Indonesia tingkatkan industri pengolahan mineral dengan membangun Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat.
Proyek besar ini bertujuan mengolah mineral bauksit menjadi alumina. Tentu ini menjadi langkah besar dalam rantai pasokan aluminium.
Smelter Grade Alumina Refinery Mempawah dikelola oleh PT Borneo Alumina Indonesia (BAI), sebuah perusahaan hasil kolaborasi antara PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).
Presiden RI Ke-7 Joko Widodo telah meresmikan proses injeksi bauksit pertama untuk SGAR fase 1 pada 24 September 2024.
Fase pertama Smelter Grade Alumina Refinery memiliki kapasitas produksi hingga 1 juta ton alumina per tahun. Target produksi alumina yang pertama yakni pada November 2024.
Berbekal investasi senilai Rp13,96 triliun, proyek SGAR Fase 1 ini merupakan wujud nyata mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap produk mineral alumina impor.
Baca Juga: Prabowo Bawa Kabar Gembira! Gaji Guru Akan Naik pada Januari Mendatang, Cek Persyaratannya
Keberadaan industri ini juga diharapkan dapat menjadi penggerak ekonomi baru dan membuka lapangan kerja bagi masyarakat Kalimantan Barat.
Selain menciptakan lapangan kerja baru, proyek besar ini memberi peluang masyarakat untuk untuk terlibat sebagai pemasok barang dan jasa yang dibutuhkan pabrik.
Menyerap hingga 2,7 juta pekerja
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor pengolahan alumina di Kalimantan Barat ini menyerap sekitar 5 persen dari total angkatan kerja, dimana saat ini jumlahnya mencapai 2,7 juta orang.
Bahkan, industri pengolahan ini juga memberi kontribusi besar terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kalimantan Barat yakni sekitar 15,38 persen.
Diharapkan, dengan beroperasinya SGAR pada awal 2025, kontribusi ini akan meningkat signifikan.
Produksi alumina dari SGAR fase 1 direncanakan akan memenuhi kebutuhan smelter aluminium milik Inalum yang berlokasi di Kuala Tanjung, Sumatra Utara.
Proyek ini akan dilanjutkan ke fase 2 yang ditargetkan mulai beroperasi pada tahun 2028, menambah kapasitas produksi sebesar 1 juta ton alumina per tahun.
Jika kedua fase berjalan optimal, total produksi alumina domestik akan mencapai 2 juta ton per tahun, dengan kebutuhan bauksit yang diperkirakan mencapai 6 juta ton per tahun.
Mengurangi Ketergantungan Impor Alumina
Saat ini, Inalum memiliki kapasitas produksi aluminium sebesar 275.000 ton per tahun, sedangkan kebutuhan nasional mencapai 1,2 juta ton per tahun.
Selama lima tahun terakhir, 56 persen kebutuhan aluminium dalam negeri masih bergantung pada impor.
Melalui proyek Smelter Grade Alumina Refinery, diharapkan ketergantungan Indonesia terhadapaluminium impor dapat berkurang secara signifikan, tentunya dengan memanfaatkan SDA yang dimiliki oleh indonesia sendiri.
Sehingga mengurangi defisit perdagangan di sektor ini.
Mendukung kegiatan pemberdayaan dengan program CSR
Leonard selaku Dirut PT.BAI, memastikan bahwa tenaga kerja lokal menjadi prioritas dalam pengoperasian SGAR di Mempawah. PT BAI berkomitmen untuk memberdayakan masyarakat.
Pemberdayaan pada masyarakat dilakukan melalui program Corporate Social Responsibility (CSR).
Tujuannya untuk meningkatkan keterampilan dan kapasitas masyarakat lokal, sehingga mereka dapat terlibat langsung dalam operasional pabrik.
Dengan berbagai program ini, PT BAI ingin masyarakat sekitar turut merasakan manfaat dari adanya proyek senilai triliunan ini.
Banyak harapan yang ditautkan di proyek ini. Diperlukan adanya sinergi antara pemerintah, perusahaan BUMN, dan masyarakat.
Agar potensi mineral Indonesia dapat diolah untuk memberikan manfaat jangka panjang bagi negeri Indonesia dalam jangka waktu lama.*** (Aliya Farras Prastina)