

inNalar.com – Indonesia memiliki keberagaman yang sangat banyak. Seperti sebuah desa unik yang ada di NTT yang memiliki suasananya seperti zaman purba.
Berada di ketinggian 2.245 meter di kaki Gunung Inerie, Kampung Bena di Kabupaten Ngada, Flores, Nusa Tenggara Timur, adalah salah satu perkampungan adat tertua di Indonesia.
Desa unik ini tidak hanya menawarkan pemandangan yang memukau dengan latar belakang gunung megah, tetapi juga memberikan pengalaman seperti melintasi lorong waktu menuju zaman purba.
Baca Juga: Maritim RI Makin Kuat! Indonesia Gandeng Turki Buat Kapal Cepat Rudal Sepanjang 70 Meter
Sebagai salah satu situs megalitikum, Kampung Bena telah melestarikan tradisi dan kebudayaan leluhur yang berakar dari zaman batu.
Kampung ini memiliki tata letak yang unik dengan rumah-rumah berbentuk huruf “U” mengelilingi area pusat.
Di tengah desa unik ini, terdapat batu-batu megalitik yang digunakan untuk ritual adat dan dua bangunan utama yang disebut nga’du dan bhaga.
Nga’du melambangkan leluhur laki-laki dengan bentuk tiang bertutup ijuk menyerupai payung, sementara bhaga mewakili leluhur perempuan berbentuk rumah kecil.
Keduanya menjadi simbol kehadiran leluhur dan merupakan pusat spiritual masyarakat Bena.
Desa Bena dihuni oleh sembilan suku, masing-masing tinggal dalam satu tingkat ketinggian sesuai tata letak pedesaannya.
Baca Juga: Sedot Investasi USD 90 Juta! Turkmenistan Punya Bianglala Indoor Terbesar di Dunia
Di Bena, tradisi dan aktivitas masyarakat terjaga dengan baik. Perempuan sering terlihat menenun kain ikat tradisional di area terbuka rumah, sementara laki-laki sibuk mengolah hasil bumi atau membuat kerajinan tangan.
Tenun ikat khas Bena menjadi salah satu daya tarik utama bagi wisatawan, dengan setiap rumah menyediakan hasil tenun untuk dijual.
Kain ini tidak hanya berfungsi sebagai suvenir, tetapi juga mencerminkan keterampilan artistik masyarakat desa yang diwariskan turun-temurun.
Kampung adat ini juga telah menjadi tujuan wisata budaya yang populer, dengan ribuan wisatawan dari dalam dan luar negeri mengunjungi setiap tahun.
Lokasinya yang dapat dicapai dalam waktu sekitar 7-8 jam perjalanan darat dari Labuan Bajo membuatnya cukup mudah diakses bagi mereka yang ingin merasakan nuansa tradisional Flores.
Wisatawan tidak hanya dapat menikmati keindahan alam sekitar pedesaan, tetapi juga mempelajari kebudayaan lokal melalui pengalaman langsung.
Baca Juga: Patut Ditiru RI! Singapura Lawan Suhu Panas Lewat Penerapan Sains Dasar Pada Proyek Skala Nasional
Ekonomi masyarakat Bena pun berkembang seiring meningkatnya kunjungan wisatawan. Hasil tenun, sewa tarian adat, dan penginapan memberikan penghasilan tambahan yang signifikan bagi penduduk desa.
Setiap minggunya, pengrajin tenun dapat menghasilkan Rp300.000, dan dalam sebulan dapat menghasilkan Rp1,2 juta.
Desa Bena bukan hanya tempat wisata, melainkan cerminan harmoni antara manusia, alam, dan leluhur.
Setiap sudut desa menggambarkan nilai-nilai yang diwariskan dari generasi ke generasi. Dengan pemandangan alam yang menakjubkan dan tradisi budaya yang masih hidup.
Desa Bena memberikan pelajaran penting tentang bagaimana menjaga warisan budaya sambil beradaptasi dengan dunia modern.***(Muhammad Arif)