Bendungan Raksasa Senilai Rp 9,2 T di Jawa Barat Ini Siap Atasi Banjir dan Dorong Kemajuan “Lumbung Pangan Nasional”

inNalar.com – Banjir terus menjadi ancaman bagi warga Karawang dan Bekasi, sering kali banjir datang tanpa diundang setiap kali musim penghujan tiba.

Terkadang genangan ketinggian banjir mencapai 30 hingga 40 sentimeter.

Selain mengganggu aktivitas sehari-hari warga, banjir yang melanda kawasan persawahan di kedua wilayah tersebut, juga berpotensi merusak hasil panen.

Baca Juga: Sambut 2025 Dengan Ruas Baru Tol Trans Sumatera, Jalan Tol Senilai Rp 206,4 Triliun Ini Akan Segera Tuntas

Sebagaimana diketahui, Karawang dan Bekasi merupakan daerah yang dikenal sebagai daerah penghasil pangan di Jawa Barat.

Khususnya Karawang sebagai “lumbung pangan nasional” yang memiliki luas lahan sawah hingga 150 ribu hektare.

Wilayah ini mampu menghasilkan rata-rata 1,3 juta ton gabah kering setiap tahunnya.

Baca Juga: Jalan Tol Baru Sepanjang 24 Km Ini Siap Beroperasi di Jawa Barat, Nilai Investasinya Tembus Rp124 Triliun

Sementara itu, kebutuhan beras untuk masyarakat Karawang sendiri, menurut Dinas Pertanian setempat, hanya sekitar 500.000 ton per tahun.

Dengan demikian, produksi pertanian di wilayah ini selalu surplus melebihi kebutuhan.

Jika produksi padi di Karawang terganggu oleh bencana atau faktor lainnya, pasokan beras nasional juga akan terpengaruh.

Baca Juga: Proges Mega Proyek Ambisius Prabowo Bangun 2 Juta Rumah dan 1 Juta Apartemen Setiap Tahun

Untuk itu, Pemkab Karawang berkomitmen untuk mengatasi masalah tersebut.

Mereka berupaya mengatasi banjir yang mengancam sawah dan menjaga agar luas lahan sawah tetap terjaga minimal seluas 95.000 hektare.

Pemerintah melalui Kementerian PUPR pun turun tangan dengan membangun dua bendungan besar untuk mengatasi banjir yang mengganggu warga dan produksi pertanian, yaitu Bendungan Cibeet dan Cijurey.

Pembangunan dimulai sejak September 2023 dengan skema multiyears.

Diperlukan biaya dengan nilai kontrak sebesar Rp5,5 triliun untuk Bendungan Cibeet dan Rp3,7 triliun untuk Bendungan Cijurey. Total membutuhkan 9,2 Triliun.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) membangun kedua bendungan tersebut di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, untuk mengurangi titik-titik rawan banjir di Karawang dan Bekasi.

Dilansir inNalar.com dari sda.pu.go.id, Bendungan Cibeet dibangun di Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor.

Bendungan terletak sekitar 70 km dari Jakarta melalui jalur Cileungsi-Jonggol, dan berjarak 135 km dari Kota Bandung.

Sedangkan, Bendungan Cijurey terletak di Kecamatan Sukamakmur, Cariu, dan Tanjungsari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Sekitar 75 km dari Jakarta melalui jalur Cileungsi-Jonggol, dan jaraknya 135 km dari Bandung.

Bendungan Cibeet sendiri memiliki luas genangan sekitar 735,61 hektare.

Kemudian memiliki kapasitas tampung efektif sebesar 22,53 juta meter kubik, kapasitas tampung mati 28,75 juta meter kubik, dan kapasitas total 97,53 juta meter kubik.

Bendungan ini dirancang untuk mengairi irigasi baru seluas 1.000 hektare serta sawah seluas 1.037 hektare, dengan suplai air untuk 5.000 hektare lahan irigasi di Saluran Tarum.

Selain itu, Bendungan Cibeet juga mampu menghasilkan air baku sebanyak 3,77 meter kubik per detik dan menghasilkan listrik PLTA sebesar 0,25 MW.

Sementara itu, Bendungan Cijurey memiliki luas genangan 56,15 hektare, dengan kapasitas tampung efektif sebesar 9,76 juta meter kubik, kapasitas tampung mati 4,38 juta meter kubik, dan kapasitas total 14,37 juta meter kubik.

Dam ini dirancang untuk mengairi sawah seluas 2.047 hektare dan menghasilkan air baku sebanyak 0,71 meter kubik per detik, serta menghasilkan listrik PLTA sebesar 2 x 0,5 MW.

Pembangunan kedua bendungan ini dibagi dalam tiga paket berbeda sesuai dengan kontrak yang berjalan.

Untuk Bendungan Cibeet, Paket I dikerjakan oleh konsorsium PT Nindya Karya-PT Adhi Karya-PT Bahagia Bangun Nusa (KSO), yang mencakup pekerjaan urugan kiri, bendungan utama, dan bangunan pengelak.

Paket II dikerjakan oleh PT PP-PT Marfri Jaya Abadi-PT Daya Mulia Turangga (KSO), meliputi pekerjaan bendungan utama (kanan), bangunan fasilitas umum, dan jalan akses.

Paket III dikerjakan oleh PT Waskita Karya-PT Bumi Karsa-PT KPR (KSO), yang mencakup pengerjaan bangunan pelimpah, bendungan utama (tengah), dan pengambil.

Sedangkan untuk Bendungan Cijurey, pekerjaan juga terbagi dalam tiga paket.

Paket I dikerjakan oleh PT Brantas Abripraya-PT Minarta-PT Raya (KSO), yang mencakup bendungan utama, bangunan fasilitas pendukung, dan pekerjaan mekanikal elektrikal.

Paket II dikerjakan oleh PT Hutama Karya-PT Sacna (KSO), meliputi pengerjaan bendungan utama, jalan akses, dan bangunan pengendali sedimen.

Paket III dikerjakan oleh PT Wijaya Karya-PT Jaya Konstruksi (KSO), meliputi pengerjaan bangunan pelimpah, hidro mekanikal elektrikal, jalan akses, dan fasilitas penunjang.

Pada bulan Mei 2024, tahap pembebasan lahan untuk kedua bendungan tersebut dimulai.

Proses ini menghadapi tantangan tersendiri, terutama terkait dengan ganti rugi bagi warga yang terdampak.

Selain itu, terdapat situs sejarah berupa makam leluhur yang selama ini dihormati oleh masyarakat setempat, yang juga direncanakan untuk dipindahkan.

Meskipun pembangunan ini bertujuan untuk perbaikan bersama, tetapi dampak bagi warga yang terdampak tetap tidak bisa dihindari.

Para peneliti menyebutkan bahwa tempat tinggal merupakan kebutuhan dasar yang sangat penting, sehingga dampak perubahan tempat tinggal akan sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat.*** (Aliya Farras Prastina)

 

 

Rekomendasi