

inNalar.com – Proyek pembangunan bendungan dahulu langsung menjadi perhatian utama Pemerintah Mesir saat Gamal Abdel Nasser muncul sebagai pemimpin baru.
Bendungan bernilai 1 miliar USD atau setara Rp15 triliun ini dibangun di Kota Aswan dengan segala lika-liku upaya pendanaannya.
Memang proyek ini sebelumnya diproyeksi mendapatkan asupan dana dari Amerika Serikat dan Inggris.
Namun dikarenakan keberpihakan perang blok barat dan timur yang masih kental dengan kondisi panasnya perpolitikan ini menyebabkan pendanaan pada proyek ini diberhentikan pada 1956.
Menurut AS dan Inggris, Mesir terlibat hubungan persenjataan dengan Uni Soviet kala itu.
Sehingga meski posisi negara tersebut berada di pertengahan dua blok negara raksasa yang berselisih, tetap saja terkena imbasnya.
Baca Juga: Gelontorkan Rp1277 Miliar, NTB Punya Bendungan Terbesar Baru yang Beri Manfaat ke Para Petani
Akhirnya, Presiden Nasser pun memutar otak guna melanjutkan proyek impian negaranya.
Harapan proyek Bendungan Aswan bisa terbangun pun ternyata masih ada, karena Mesir ternyata memiliki sebuah kartu As menarik.
Kartu As yang dijadikan andalan negeri tersebut adalah Terusan Suez, titik perjuangan besar Mesir untuk lepas dari kendali Kolonialisme Inggris.
Bagaimana tidak diperjuangkan olehnya, lalu lintas laut di jalur tersebut setiap tahunnya dilewati oleh 122 juta ton kargo.
Jalur ini menjadi kunci lalu-lintas angkut minyak ke Eropa yang dikirim dari Timur Tengah.
Pernyataan ‘Nasionalisasi Terusan Suez’ pun akhirnya keluar dari ucapan Presiden Nasser saat gelar pidato empat tahun revolusi kepemimpinannya.
Efeknya adalah kapal yang melintas dan parkir di Terusan Suez harus membayar retribusi kepada Mesir.
Melansir dari History of Goverment UK, strategi ini tidak lain adalah upaya Presiden Nasser sebagai ‘tindakan balasan’ terhadap AS yang menarik pendanaan terhadap Bendungan Aswan.
Sekaligus balasan terhadap Inggris yang sangat bergantung pada lintasan tersebut guna kebutuhan angkut kapal tersebut.
Dengan kebijakan tersebut, AS, Inggris dan Israel beraliansi dalam operasi militer dan pembalasan baliknya adalah penggempuran negara tersebut.
Aksi nasionalisasi Terusan Suez oleh Presiden Mesir telah memicu krisis di negaranya, tetapi beruntungnya Bendungan Aswan tetap bisa terealisasi setelah mengarungi keruwetan pendanaan ini.***