

inNalar.com – Warga Desa Manduro, Kecamatan Kabuh Kabupaten Jombang dikenal sebagai salah satu keturunan Majapahit. Uniknya ditengah masyarakat Jawa, mereka menggunakan bahasa madura.
Warga desa Manduro memiliki keseharian sebagai petani dan peternak dikenal sebagai salah satu keturunan kerajaan Majapahit di Jombang.
Warga Desa Manduro telah bertahan sebagai minoritas pengguna bahasa madura, ditengah masyarakat Jawa di Jombang.
Baca Juga: Pulau Terpadat di Dunia Ini Hanya Punya 8 Hektar Lahan? Konon Ditempati Suku Berusia 200 Tahun
Penggunaan Bahasa Madura sebagai bahasa sehari-hari, tidak lepas dari faktor sejarah terbentuknya Desa Manduro.
Melihat asal mula terbentuknya Desa Manduro tidak lepas dari faktor sejarah pada masa Kerajaan Majapahit.
Melansir dari Disperpusip Jawa Timur, kedatangan orang Madura di Jawa berasal dari Laskar Trunojoyo dan Pangeran Arya Wiraraja sebagai nenek moyang warga Desa Manduro.
Baca Juga: Ditemukan Bunker Puluhan Tahun di Bawah Bangunan Milik Warga Jawa Timur, Kedalaman Capai 15 Meter!
Keberadaan orang Madura di tanah manduro tidak lepas dari sejarah Pangeran Arya Wiraraja yang membantu Raden Wijaya untuk memperluas daerah di sekitar Kediri, Jombang, dan Mojokerto. Dan kemudian berkembang pesat menjadi kerajaan Majapahit.
Keberadaan desa manduro yang di perbukitan kapur, merupakan hasil dari penyerangan kerajaan Islam Demak terhadap Kerajaan Majapahit.
Hal ini dibuktikan dengan adanya puing-puing bangunan, yang diyakini warga manduro sebagai peninggalan warga kerajaan Majapahit.
Baca Juga: Ada Ritual Jodoh di Pulau Cinta Kalimantan Selatan, Tertarik Ikut?
Keunikan yang dimiliki Desa Manduro tidak hanya dalam penggunaan bahasa sehari-hari, namun juga terdapat tradisi seni lakon tradisional, Sandur.
Sandur merupakan pentas seni lakon tradisional dengan menggunakan lagu-lagu daerah.
Keberadaan Sandur Manduro telah kuat bertahan ditengah-tengah gempuran perkembangan seni lakon.
Hingga kini, masyarakat Manduro masih menyelenggarakan pagelaran seni sandur. Sehingga menjadi jejak identitas warga Manduro sendiri.
Keunikan Desa Manduro yang tidak bisa dipisahkan dengan konsistensi masyarakatnya yang terus memupuk tradisi dan mempertahankan identitas mereka.
Biarpun ditengah mayoritas suku Jawa, Warga Manduro tetap mempertahankan bahasa nenek moyang mereka yang notabene suku Madura.
Bahasa Madura masih digunakan di beberapa dusun, seperti Dusun Dander dan Dusun Matokan.
Dari nenek moyang mereka yang berasal dari Madura, sehingga Desa tersebut dinamakan sebagai Desa Manduro.
Biarpun bahasa madura yang mereka gunakan sedikit berbeda dengan Bahasa Madura pada aslinya.*** (Lailatur Rofidah)