Benarkah Kerajaan Sriwijaya Hanya Fiktif Belaka?

inNalar.com – Pernyataan bahwa kerajaan Sriwijaya fiktif pernah dilontarkan oleh sejarawan Ridwan Saidi. Menurut argumennya, Sriwijaya tidak pernah ada.

Ia menyandarkan pendapatnya dari temuan peneliti George Coedes. Ridwan Saidi menganggap Coedes salah menerjemahkan prasasti. “Catatan prasasti tersebut bukan dalam bahasa Sanskerta, tapi bahasa Armenia, itu sangat jauh,” tandas Ridwan Saidi.

Namun benarkah Sriwijaya fiktif ?

Baca Juga: Peringatan 27 Tahun Meninggalnya Nike Ardilla, Ini 5 Lagu Terbaiknya

Peneliti dari Balai Arkeologi Sumsel, Retno Purwanti mengatakan, Palembang pernah menjadi pusat Kerajaan Sriwijaya berdasarkan prasasti-prasasti peninggalan.

Semua prasasti tersebut ditulis menggunakan aksara atau huruf Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno, sebagian Sanskerta.

“Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan maritim dengan wilayah kekuasaan sangat luas. Kerajaan Sriwijaya adalah nyata dan fakta sejarah, bukan fiktif,” ungkap Retno.

Baca Juga: Jin BTS Harus Melakukan Operasi Akibat Cedera Jari yang Dialaminya

Dalam sejarah, Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan maritim terbesar di Indonesia bahkan di Asia Tenggara.

Kata Sriwijaya dijumpai pertama kali dalam prasasti Kota Kapur di Bangka, dalam prasasti tersebut terdapat nama sebuah kerajaan di Sumatera Selatan dengan Palembang sebagai pusatnya.

Dalam berita Cina dikenal dengan She-li-fo-she, yang ditafsirkan sebagai sebuah kerajaan di pantai timur Sumatera Selatan, di tepi sungai Musi.

Kerajaan Sriwijaya diperkirakan berdiri pada 671 Masehi (berdasarkan Prasati Kedukan Bukit), prasasti tersebut berhuruf Pallawa dan bahasa Melayu Kuna, jumlahnya 10 baris.

Baca Juga: Pendeta Saifuddin Ibrahim Dilaporkan ke Polisi atas Dugaan Penistaan Agama, Polri Koordinasi dengan FBI

Kehidupan politik yang dapat diketahui dari prasasti tersebut bahwa raja pertama Sriwijaya adalah Dapunta Hyang Sri Jayanaga atau Dapunta Hyang Manalap Siddhayatra.

Sumber dari dalam negeri berupa prasasti yang berkaitan dengan kerajaan Sriwijaya berjumlah 6 buah, yaitu :

a) Prasasti Kedukan Bukit

Ditemukan di Kedukan Bukit, Tepi Sungai Talang. Prasasti yang berangka tahun 603 Saka tersebut menceritakan perjalanan suci yang dilakukan oleh Dapunta Hyang dengan perahu pada tanggal 7 paro terang, bulan Jyestha, tahun 604 saka.

Ia berangkat dari Minangatamwan dengan membawa tentara sebanyak dua laksa (2000) orang. Perjalanan tersebut berhasil menaklukkan beberapa daerah dan dari perjalanannya tersebut dapat memakmurkan seluruh negeri.

Baca Juga: Petinggi Binary Option Binomo Ternyata Sembunyi di Negara Ini, Pak Polisi Coba Cek Sekarang

b) Prasasti Talang Tuo

Prasasti ini  berisi tentang pembuatan Taman Sriksetra atas perintah Dapunta Hyang untuk kemakmuran semua makhluk.

Selain itu terdapat juga doa dan harapan yang menunjukkan sifat agama Budha.

c) Prasasti Telaga Batu

Prasasti yang  tidak memuat angka tahun ini menampakkan visualisasi tujuh kepala ular kobra berbentuk pipih dengan mahkota berbentuk permata bulat menjadi hiasan dari bagian atas prasasti.

Prasasti ini memuat kutukan-kutukan terhadap siapa saja yang melakukan kejahatan dan tidak taat kepada perintah raja, terdapat juga data-data penyusunan ketatanegaraan.

d) Prasasti Kota Kapur

Prasasti ini diperkirakan dibawa dari luar pulai karena jenis batu yang dipakai tidak dijumpai di pulau ini. Keterangan paling penting dalam prasasti ini ialah mengenai usaha Sriwijaya untuk menaklukkan bhumi Jawa.

Baca Juga: Rizky Billar dan Alffy Rev akan Diperiksa Penyidik Bareskrim Polri Pekan Depan Terkait Kasus Doni Salmanan

e) Prasasti Palas Pasemah

Ditemukan di Lampung Selatan, prasasti ini diduga berasal dari abad VII untuk memperingati penaklukkan daerah Lampung Selatan oleh Sriwijaya.

f) Prasasti Karang Berahi yang ditemukan di Jambi.

Sumber-sumber sejarah Kerajaan Sriwijaya selain berasal dari dalam juga luar negeri seperti Cina, India, Arab dan Persia.

Dari sumber Arab dan Persia kita dapat memperoleh keterangan bahwa kerajaan Sriwijaya di Sumatera.

Berita dari Ibn Hordadzbeh mengatakan bahwa raja Zabag disebut maharaja, kekuasaannya meliputi pulau-pulau di laut timur dan hasil negerinya berupa kapur barus.

Sedangkan berita dari Cina diperoleh dari I-Tsing  seorang pendeta yang menngisahkan bahwa d Sriwijaya terdapat 1000 orang pendeta yang menguasai agama seperti di India.

Baca Juga: 5 Cara Atasi Pusing saat Puasa, Tanpa Obat dan Tidak Membatalkan Puasa

Sriwijaya dinilai sebagai kerajaan yang kaya, didukung dengan adanya sungai Musi yang strategis untuk perdagangan. 

Letaknya di jalur pelayaran dan perdagangan Internasional Asia Tenggara, Sriwijaya berkembang menjadi pelabuhan transito sehingga dapat menimbun barang dari dalam maupun luar.

Pada masanya Sriwijaya memiliki armada laut yang kuat sehingga mampu menjamin keamanan di jalur-jalur pelayran menuju Sriwijaya.

Selanjutnya Sriwijaya mampu mengembangkan kekuasaannya melalui keberhasilan politik ekspansi (sesuai dengan prasasti yang ditemukan di Lampung, Bangka dan Ligor).***

Rekomendasi