Benarkah Belajar Adab Jauh Lebih Penting Daripada Ilmu Pengetahuan? Begini Hukumnya Menurut Agama Islam

InNalar.com – Belajar mengenai adab jauh lebih lama dibandingkan dengan belajar mengenai ilmu. Al-Qur’an surah ke-2 diakhir ayat 282 sebelah kiri paling bawah pojok menjelaskan tentang tingkatkan taqwamu kepada Allah, maka dengan tingkatan taqwa itu Allah akan mempercepat penambahan pengetahuan dan pemahaman kepada mu.

Jadi taqwa didahulukan sebelum ilmu, taqwa memiliki turunan diantaranya yaitu adab. Taqwa disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 240 kali pemiliknya disebut taqqi jamaahnya disebut muttaqin. 

Diantaranya ciri muttaqin ada 2 yaitu; adab terhadap Allah mulai dari ia menata banggunnya, dia doanya, dia berinteraksi dengan istiqfarnya Al-Qur’an surah ke-51 ayat 15 sampai dengan ayat 23 dan orang yang punya adab dengan sesama, Al- Qur’an Surah ke-3 ayat 133 sampai ayat 134.

Baca Juga: Berdusta Melihat Baginda Nabi Muhammad SAW Dalam Mimpi, Bagaimana Hukumnya Menurut Islam?

Alasan adab didahulukan sebelum ilmu, karena adab adalah sikat moral yang membimbing para muslim untuk berperilaku baik.

Kalau orang berilmu adabnya belum baik serta moralnya belum baik maka seorang muslim tersebut akan berbuat perilaku yang buruk serta kerugiannya lebih besar dari orang yang belum memiliki ilmu. 

Orang korupsi kalau pintar ngambilnya banyak dibandingkan dengan orang yang mencuri tapi ga pinter. Banyak motifnya dan kerugiannya lebih banyak, hal tersebut sama dengan orang yang memiliki pengetahuan tapi sedikit memiliki adab.

Baca Juga: Benarkah Bisa Atasi Wajah Kusam dengan Kunyit, Bagaimana Caranya?

Jangan dikira hal tersebut bisa bermanfaat merusaknya akan banyak. Seseorang yang banyak memberikan fatwa-fatwa yang keluar buruk dan itu mencelakakan. Betapa banyak orang yang belajar tetapi setelah belajar mengalami perselisihan.

Ada mencela satu sama lain seperti contoh; ketika suami baru pulang mengaji langsung mencerai istri, begitupun sealiknya ketika istri baru mengaji bedahkan suami.

Yang paling menarik adalah ketika seorang muslim belajar digunakan untuk menyatukan yang kurang bisa ditutupi dan yang lebih bisa diturunkan untuk disamakan. Tapi bisa terjadi demikian salah satu salah adalah adab.

Baca Juga: Sikap Santri Tak Boleh Sembarangan saat Mengunjungi Para Kyai, Gus Baha Jelaskan Etika yang Wajib Dipahami

Maka ketika islam datang untuk melatih adab terlebih dahulu dan saat yang bersamaan ilmu diberikan. Jadi tidak harus menunggu sampai 16 tahun, itu bersamaan karena saat belajar adabpun sedang belajar ilmu, ilmunya khusus adab.

Karena itu para ulama mendahulukan pelajaran adab dengan babnya sebelum masuk kedalam ilmu-ilmu pokoknya. Salah satu contohnya Imam An-Nawawi  menuliskan kitab Riyadhus Shalihin 1896 Hadist sebelumnya Arbain 42 Hadist.

Sahih Muslim 9 Jilid tapi kitab yang pertama ditulis bagaiman ahli Al-Qur’an memiliki adab dalam mengajar dan dalam belajar. Dalam bab pertamanya menjelaskan tidaklah seorang murid belajar kepada guru yang pakar dalam bidangnya.

Baca Juga: Jadi Galak Saat Menstruasi? Ini Penyebab dan Cara Menghindari Mood

Jangan sampai mengundang belajar Hadist pada orang yang tidak paham Hadist , jika gurunya paham fiqih maka muridnya belajar fiqih saja, dan jika gurunya paham tafsir maka muridnya belajar tafsir saja.

Jangan meminta guru tafsir mengajar fiqih itu salah, yang kedua akhlaqnya baik jangan sampai memang pintar tapi membencinya banyak kasar kata-katanya. Sehingga muridnya keluar pintar tapi juga pintar kekasarannya pintar juga mencela orangnya. Kata Imam Nawawi hal tersebut membuat tidak berkah ilmunya. 

Datanglah guru lokal bernama Muhammad Hasyim bin Asy’ari menulis 19 kitab diantara 19 kitab tersebut kitab pertamnanya Adabul Alimul Muta’alim. Maka diajarkan dasar-dasar adab. *** (Faizzatun Nazira)

Rekomendasi