

inNalar.com – Ketika mendengar kata ‘kereta’, bayangan kita mungkin langsung tertuju pada sepur modern yang melaju kencang di atas rel dengan fasilitas canggih.
Namun, tahukah Anda bahwa ongkos pembangunan jalur kereta api kuno pertama di Jawa Barat pada abad ke-19 bisa menggemuk hingga mencapai f 9.583.421 gulden? Apa penyebab itu terjadi?
Semua itu terjadi karena satu hal yang tak terduga, yakni medan yang sulit dan kebutuhan akan pembangunan infrastruktur besar seperti jembatan dan terowongan.
Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, tepatnya di awal abad ke-19, pemerintah Hindia Belanda memutuskan untuk membangun jaringan kereta api yang menghubungkan wilayah pesisir selatan Jawa Barat.
Namun, siapa sangka bahwa proyek ini akan menelan biaya yang sangat fantastis, setara dengan anggaran untuk pembangunan infrastruktur modern zaman sekarang?
Aceng Hakim, Kepala Bidang Kebudayaan Disparbud Pangandaran, menyebutkan bahwa proyek kereta api kuno yang menghubungkan Banjar dan Cijulang ini awalnya diperkirakan akan menelan biaya sekitar f 5.064.000 gulden.
Namun, biaya tersebut akhirnya membengkak menjadi hampir dua kali lipat, yakni mencapai f 9.583.421 gulden.
Kenapa bisa begitu? Mari kita breakdown!
Medan Berat yang Memakan Biaya Besar
Pembangunan jalur kereta sepanjang 82,16 kilometer ini tidaklah mudah. Jalur kereta tersebut melintasi medan yang cukup sulit, sebagian besar trek harus melewati wilayah pegunungan dan lembah yang terjal.
Untuk mengatasi tantangan ini, dibutuhkan pembangunan 54 jembatan dan terowongan yang cukup kompleks.
Jembatan-jembatan tersebut berfungsi untuk menghubungkan lembah-lembah dan perbukitan curam, sementara terowongan dibangun untuk menembus bukit-bukit yang menghalangi jalur rel.
Hal inilah yang menyebabkan biaya proyek semakin membengkak, karena pekerjaan konstruksi yang rumit dan memakan waktu.
Baca Juga: Pengumuman Gencatan Senjata di Lebanon, Ini Tanggapan Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell
Dua Jenis Lintasan yang Menjadi Tantangan
Proyek kereta api Banjar-Cijulang terbagi menjadi dua jenis lintasan. Lintasan sepanjang 72 kilometer merupakan lintasan datar, sedangkan sisanya harus menembus pegunungan yang terjal dan berbatu.
Untuk menembus daerah-daerah ini, pembangunan jembatan dan terowongan menjadi solusi terbaik. Inilah yang menjadi salah satu faktor over cost pada masa pembangunan jembatan kereta kuno ini.
Pembengkakan Biaya yang Tidak Terhindarkan
Melihat proyek kereta api kuno Banjar-Cijulang di Jawa Barat yang menelan ongkos lebih besar dari yang diperkirakan, kita bisa melihat kemiripan dengan proyek-proyek infrastruktur modern saat ini.
Bahwa, berbagai faktor seperti kesulitan medan, peningkatan harga material, dan kebutuhan akan teknologi sering membuat biaya proyek menggemuk dari perkiraan biaya awal.
Sebagai penutup, tantangan besar dalam pembangunan infrastruktur, baik di masa lalu maupun sekarang selalu ada.
Seperti pepatah yang mengatakan, “Sejarah yang Mengulang” pembengkakan ongkos dalam proyek-proyek besar memang hal yang biasa terjadi karena faktor-faktor lain di luar perkiraan. *** (Evie Sylviana Dewi)