

inNalar.com – Sebuah desa di pelosok Sulawesi Tenggara memikat hati namun keindahannya ‘lenyap’ seketika di saat sebuah megaproyek bendungan akhirnya dieksekusi.
Bahagia tetapi juga prihatin, sebab di desa pelosok Konawe ini kedatangan infrastruktur tata kelola air terbesar kedua di Indonesia.
Megaproyek bendungan andalan terbaru Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara ini disebut-sebut akan mengambil alih 5 hamparan lahan desa pelosok sekaligus.
Padahal kelima kampung terdampak itu baru dimekarkan dari wilayah induknya pada dua belas tahun silam, tepatnya pada tanggal akhir Juli bertepatan dengan terbitnya Perda Kabupaten Konawe Nomor 7 Tahun 2012.
Lantas, kampung manakah yang akan ‘terbabat’ dan berakhir ‘disulap’ menjadi sebuah waduk raksasa se-antero negeri ini?
Sebuah desa dengan keanekaragaman hayati yang penuh keasrian namanya adalah Kampung Asinua Jaya.
Seiring berjalannya waktu, kampung yang penuh cuitan bunyi alam ini berhasil dimekarkan menjadi 5 desa, yaitu Asinua Jaya itu sendiri.
Lebih lanjut, Kelurahan Ambondia seluas 29.872 hektare. Ada pula Kampung Asipako yang melega 2400 hektare.
Kemudian ada juga Desa Lasao Jaya dan Anggohi yang tidak kalah luas dan eksotisnya.
Keindahan kampung memesona di pelosok Konawe ini harus berubah menjadi sebuah hamparan bendungan senilai Rp9 triliun.
“5 Desa ini akan terdampak dengan pembangunan Bendungan Pelosika,”dikutip dari situs resmi Desa Asipako, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.
Eits, bukan tanpa alasan waduk raksasa itu hadir di sekitar tanah turun-temurun mereka.
Bendungan dengan kapasitas 822 juta meter kubik alias waduk terbesar kedua di Indonesia ini dinanti kehadirannya untuk membendung Sungai Konawe.
Kerap kali sungai tersebut membanjiri wilayah Sulawesi Tenggara, terutama di Daerah Aliran Sungai (DAS) Konaweha dan Wanggu.
Itulah mengapa warga terdampak dari kelima desa tersebut berakhir relokasi.
Bendungan terbesar kedua RI ini adalah Pelosika. Waduk ini digadang akan menjadi ikon pengendali banjir Sulawesi Tenggara.
Selain daya tampung super jumbonya dengan peran kendali banjirnya, tentunya masyarakat telah mengetahui manfaat pengairan lahan persawahan.
Namun selain dari kedua alasan tersebut, adakah multiplier effects lainnya?
Baca Juga: Kawin Colong, Tradisi ‘Menculik Pengantin’ Kala Cinta Ditolak di Banyuwangi, Jawa Timur
Bendungan Pelosika diharap mampu menjadi tulang punggung perekonomian bagi kelima daerah terdampak.
Meski masyarakat berakhir direlokasi, para warga Desa Asipako, khususnya, mendukung perencanaan megaproyek bendungan yang nilainya tidak tanggung-tanggung.
Masyarakat tidak hanya menerima manfaat aliran air untuk persawahan mereka saja, tetapi mereka berharap akan ada Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
Baca Juga: Pulau Seluas 1.160,35 Km2 di Sulawesi Selatan Ini Berjuluk ‘Tana Doang’, Ternyata Karena Dulunya…
Namun ketenagakerjaan lokal diharap mampu terserap dan semakin menyejahterakan 5 desa pelosok di Sulawesi Tenggara ini.
Diharapkan dengan hadirnya bendungan terbesar kedua di Indonesia dan menjadi primadona waduk raksasa Sulawesi Tenggara ini, kehidupan masyarakat pendahulunya semakin makmur sebab terbukanya kesempatan dan peluang.
Tata kelola air Sungai Konaweha ini diharap mampu membalikkan bencana banjir luapan menjadi keberkahan bagi warga yang pada hakikatnya tinggal di sekitar bendungan.***