

inNalar.com – Musim kemarau tahun lalu sempat menyebabkan operasional Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Kabupaten Bandung Barat terganggu.
PLTA tersebut padahal telah beroperasi sejak tahun 1986 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto.
Namun apa mau dikata, dampak el nino tidak mampu dibendung oleh Waduk Saguling pada Agustus 2023.
Baca Juga: Brad Pitt dan Quentin Tarantino akan Kembali Bekerja Sama dalam Film Berjudul ‘The Movie Critic’
Waduk yang dahulu dibangun dengan konstruksi setinggi 643 meter di atas permukaan laut ini mengalami penyusutan muka air.
Setidaknya air muka bendungan yang surut mencapai 15 meter. Alhasil operasional PLTA berkapasitas 700 Mega Watt ini terganggu.
Padahal normalnya pembangkit listrik ini mampu mengalirkan daya listrik hingga 2.156 Giga Watt per hour (GWh).
Tahukah bahwa PLTA yang terletak di Kabupaten Bandung Barat ini menjadi penopang beban puncak sistem kelistrikan Jawa – Bali.
Hingga kini, pembangkitnya telah dikembangkan dengan kapasitas 4 x 175,18 MW, melansir dari Kementerian ESDM.
Apabila pembangkit listrik ini mengalami black out, PLTA Saguling masih bisa diaktifkan kembali sekaligus menjadi penopang daya listrik PLTU Suralaya.
Direktur Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan Wanhar mengungkap tiga fungsi utama infrastruktur ini.
Pembangkit listrik ini dapat berfungsi sebagai baseload (sumber listrik utama) dan penstabil tegangan.
Namun dengan menyusutnya debit air Bendungan Saguling, akhirnya PLTA Saguling hanya digunakan pada jam tertentu, yakni dari jam 17.00 sampai dengan 22.00 WIB.
Baca Juga: 22 Menit dari Pusat Kota, Gua di Semarang Ini Dihuni oleh Ratusan Monyet Ekor Panjang yang Melegenda
Apabila dibutuhkan, sebenarnya bisa dioperasikan tetapi pengoperasiannya sesuai permintaan saja.
Atas kejadian kemarau yang berkepanjangan ini pula, sebanyak 178 hektare lahan garap petani sekitar juga terkena imbasnya.
Kendati demikian, Bendungan Saguling ini difungsikan secara penuh untuk pembangkit listrik.
Sehingga penanganan PLTA di Kabupaten Bandung Barat langsung menjadi perhatian pemerintah setempat.
Adapun permasalahan pertanian menjadi kewenangan tersendiri oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP).
Ada hal menarik, PT Indonesia Power selaku operator PLTA Saguling menargetkan langkah khusus guna mencegah terjadinya pendangkalan pada waduk.
PT Indonesia Power berencana untuk memanfaatkan gulma eceng gondok sebagai bahan baku co-firing.
Dengan membasmi gulma yang seringkali menjadi penyebab air waduk surut, operator dapat menggunakan eceng gondok untuk mentransisikan energi bersih PLTU.
Program itu kemudian dinamakan oleh operator PLTA ini sebagai ‘Saguling Clean’.***