

inNalar.com – Atheis merupakan seseorang yang tidak memercayai adanya Tuhan dan tidak beriman akan adanya Allah SWT.
Ternyata di era Nabi Musa AS terdapat sebuah kisah tentang seorang ulama bernama Ba’lam bin Ba’ur yang kemudian menjadi seorang atheis.
Kisah yang dipaparkan oleh ustadzah Halimah Alaydrus ini dapat menjadi pelajaran baru orang beriman tentang berubahnya keimanan ulama Ba’lam bin Ba’ur.
Baca Juga: Sudah 75 Persen, Duplikasi Jembatan Kapuas I di Pontianak Targetkan Selesai Lebih Awal, Mengapa?
Diketahui, tujuan manusia diciptakan bukanlah untuk mengejar kenikmatan di dunia. Tujuan sebenarnya manusia adalah untuk beribadah kepada Allah Swt.
Keimanan adalah bagian terpenting yang harus dimiliki oleh seorang muslim. Setiap muslim percaya kepada Allah semata dan bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan-Nya, dan mempercayai kehidupan di akhirat.
Agar selamat dikehidupan akhirat, sebagai umat muslim kita diberikan kesempatan untuk dapat hidup di dunia. Mencari bekal amal untuk kehidupan di akhirat.
Akan tetapi, bekal amalan tersebut tidak akan cukup. Jika tanpa di barengi dengan keimanan yang kokoh dan hati yang bersih.
Seperti doa nabi Ibrahim Alaihi Salam yang Allah Swt abadikan dalam aA-Qur’an surah Asy-syu’ara ayat 87-89:
“Dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan. (Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna. Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih”
Baca Juga: 3 Wilayah Penghasil Tebu Terbanyak di Jawa Timur, Kabupaten Lumajang Masuk Urutan Berapa?
Ustadzah Halimah Alaydrus memaparkan penjelasannya perihal ayat tersebut, bahwa diakhirat kelak tidak akan bermanfaat harta dan anak yang kita miliki.
“Di akhirat itu tidak bermanfaat orang bawa harta, tidak bermanfaat orang bawa anak, ini hiburan dari Allah Swt untuk hamba-hambanya yang waktu hidup di dunia, hidupnya sangat terbatas ekonominya.”
Beliau lanjut menjelaskan.
Baca Juga: Intip Pesona Unik Desa Muara Enggelam di Kalimantan Timur yang Kerap Dijuluki Wilayah Tanpa Daratan
“Sekaya apapun diri kita, orang datang bawa harta belum tentu manfaat. Orang dateng bawa anak belum tentu manfaat. Terus yang slamet siapa ya Allah? orang yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat, hati yang sehat, hati yang bagus.”
Berdasarkan ayat diatas, yang dimohonkan oleh lisan Nabi Ibrahim kepada Allah Swt. Ingin menjelaskan bahwa hati yang selamat atau hati yang bersih itu lebih baik dari semua harta yang disedekahkan.
Lebih baik dari banyaknya anak yang mendoakan, dan bahkan lebih baik dari amalan ibadah kita selama hidup di dunia.
Artinya percuma saja kita memilki harta, anak, ilmu, dan amalan yang banyak jika hati kita masih kotor.
Seperti kisah seorang alim ulama yang hidup pada zaman Nabi Musa yang dikisahkan oleh Imam Ghazali dalam kitabnya Minhajul ‘Abidin.
Kisah kemudian di terangkan oleh ustadzah Halimah Alaydrus dalam sesi ceramah beliau 7 juli 2023.
Kisah Ba’lam bin Ba’ur
Pada zaman nabi Musa Alaihi Salam, ada seorang laki-laki yang ilmunya sangat luas, sampai-sampai masyarakat ramai mendatangi majelisnya.
Saking tingginya ilmu seseorang tersebut, dikatakan bahwa malaikat pun sampai turun mengikuti majelis ilmunya.
Seorang laki-laki tersebut bernama Ba’lam bin Ba’ur. beliau adalah seoang alim ulama yang terkenal pada zamannya. Namun sayangnya, Ba’alam bin Baur ini mempunyai hati yang kotor.
“Penting baginya, prioritas baginya pandangan manusia padanya. Citra dirinya, itu yang menjadi prioritas utama dengan ilmunya tersebut.”
Ungkap ustadzah Halimah Alaydrus memaparkan.
Hal ini terbukti ketika nabi Musa datang berkunjung ke daerahnya. yang semula sebelum kedatangan Nabi Musa majlisnya ramai. Namun setelah kedatangan nabi Musa majlisnya menjadi sepi.
Jika dipikir, hal tersebut adalah wajar, karena nabi Musa adalah seorang nabi, sedangkan Ba’lam bin Ba’ur bukan seorang nabi.
Bukannya mendukung nabi Musa, Ba’lam bin Baur malah dengki kepadanya.
“Andai saja hati ba’lam bersih, tentu ia akan sangat mendukung. Bahkan beliau pun akan ikut serta duduk di majlsinya Nabi Allah Musa. Untuk nyari ilmu, untuk setidaknya minta keberkahan kepada Nabi Musa.”
Kedatangan nabi Musa ini membuat Ba’lam merasa tidak nyaman, karena seluruh perhatian manusia tidak lagi terjutu kepadanya, melainkan tertuju kepada Nabi Musa Alaihi Salam.
Ketika hatinya sedang merasakan seperti itu, datanglah orang-orang munafik yang berkata kepada Ba’lam bin Baur.
“Syekh bentar lagi ni syekh, kamu akan jalan di jalanan kota ini gak ada siapapun yang peduli padamu. Semua orang hanya peduli pada Nabi Musa dan semua orang akan pergi meninggalkanmu.”
Mendengar pendapat tersebut beliau merasa terdzalimi, merasa tersakiti dengan kehadiran nabi Musa.
“Liat tuh kalau hati yang gak bagus ya begitu, mudah merasa terancam seolah-olah ada yang mengambil hak mu dari pandangan masyarakat, penyakit hati yang seperti itu,” ungkap Ustadzah Halimah Alaydrus.
Lantas ketika malam tiba, karena ia merasa terdzalimi oleh Nabi Musa. Ba’lam mendirikan sholat malam sebagai mana biasanya.
Namun dalam sholat malam ini, ada yang aneh dengan doa nya Bal’am. Beliau meminta agar Allah menghacurkan Nabi Musa.
“Ya Allah, tidakkah engkau lihat saya menjadi ditinggalkan umat karena kedatangan musa di tempat kami. ya Allah tidakkah engkau lihat saya menjadi tidak berarti di tengah masyarakat padahal saya membawa ilmu-Mu ya Allah padahal saya membawa jalan-Mu menuju surga.”
“Ya Allah, hancurkanlah Musa”….
Perumpamaan orang yang mempunyai hati kotor dan menginginkan atau mendoakan keburukan untuk saudaranya, tak ayalnya ia seperti anjing yang menjulurkan lidahnya.
Hal ini tertulis dalam firman Allah dalam al-Qur’an surah al’Araf ayat 176:
“Dan sekiranya Kami menghendaki niscaya Kami tinggikan (derajat)nya dengan (ayat-ayat) itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan mengikuti keinginannya (yang rendah), maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya dijulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkannya ia menjulurkan lidahnya (juga). Demikianlah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berpikir.”
Ustadzah Halimah Alaydrus memperumpakan jika kita di doakan keburukan atau olok-olok dengan perkataan buruk, pastilah kita akan marah.
Namun apa jadinya jika yang memperolok-olok itu adalah Allah Swt?
“Jika kita di hina kan oleh manusia tentu kita akan sangat marah, namun apa jadinya jika di hina-kan oleh Allah swt.”
Bukannya Allah kabulkan doa Ba’lam yang ingin menghancurkan nabi Musa. tapi sebaliknya, doa itu menjadi bumerang buat ia. sehingga Allah menghancurkannya, dengan cara mencabut keimanan yang ada di hatinya.
“Allah mencabut iman dari dalam hatinya. Bal’am menjadi orang atheis pertama dimuka bumi ini, yang mengatakan bahwa alam semesta ini tidak ada tuhannya,” ungkap ustadzah Halimah Alaydrus.
Ilmu dan iman yang selama ini ia miliki hilang sekejap, karena dipenuhi kotoran kedengkian kepada Nabi Musa.
Tidak akan berguna Ilmu yang tinggi tanpa di barengi oleh iman yang kokoh. Sudah semestinya, kita belajar dari padi yang semakin berisi semakin merunduk.
Jadi jangan pernah merasa lebih tinggi di hadapan orang lain. Karena sesungguhnya penilaian yang hakiki itu datangnya dari Allah Swt bukan dari manusia.
WaAllahu A’lam.***