

inNalar.com – Belum lama, tepatnya pada Minggu, 24 Desember 2023, kabar duka meliputi para keluarga dari para pekerja smelter nikel di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.
Insiden kecelakaan kerja telah terjadi di salah satu smelter milik PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) yang berada di dalam kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP).
PT IMIP selaku satu-satunya perusahaan Indonesia yang mengenggam 10 persen saham PT ITSS menyampaikan duka yang mendalam kepada para keluarga korban insiden tidak terduga tersebut.
Melalui situs resmi IMIP, pihak manajamen perusahaan berkomitmen untuk menanggung seluruh biaya pengobatan korban pasca insiden terjadi.
Selain itu pihak manajemen juga akan berupaya memenuhi hak dan kewajiban para korban dan keluarganya.
Lebih lanjut, dalam keterangan pers perusahaan juga sekaligus mengonfirmasi kembali hasil identifikasi penyebab ledakan dan kebakaran hebat yang terjadi di smelter nikel di Morowali.
Tim PT IMIP menekankan bahwa tidak ada ledakan yang diakibatkan oleh tabung oksigen dan mengungkap penyebabnya berasal dari tungku smelter.
Atas insiden tersebut, banyak pihak menyoroti siapa sosok pemilik yang menaungi smelter tersebut.
Pemilik pabrik pengolahan nikel tersebut adalah PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (PT ITSS).
Perusahaan tersebut terdata dalam situs MODI ESDM rupanya dipegang oleh lima perusahaan yang turut memegang saham PT ITSS.
Ruipu Technology Group Company Limited, emiten asal China ini diketahui memiliki 20 persen saham perusahaan yang membawahi smelter nikel di Morowali, Sulawesi Tengah.
Sementara Tsingtuo Group Co Ltd dan Hanwa Company Limited yang juga berasal dari negeri tirai bambu diketahui masing-masing memegang 10 persen saham perusahaan.
Selanjutnya satu-satunya perusahaan perwakilan Indonesia, Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) andil 10 persen saham dalam kepemilikan ITSS.
Adapun pemegang terkuat Indonesia Tshingshan Stainless Steel adalah Tsingshan Holding Groop rupanya mendominasi 50 persen saham.
Lebih dalam mengenai perusahaan raksasa global Tsingshan Holding Group, diketahui kantornya berpusat di Wenzhou, China.
Bos besar perusahaan yang telah mengglobal ini bernama Xiang Guangda yang membawahi 56 ribu karyawan, menurut data yang dihimpun dari situs Forbes.
Melansir dari situs Fortune, perusahaan ini berhasil meraih pendapatan per tahun 2023 mencapai 54,7 miliar USD.
Jika dirupiahkan dengan kurs terkini Rp15.467 torehan pendapatan perusahaan asal China ini mencapai Rp846 miliar.
Profit perusahaannya pun diketahui mencapai 1,45 miliar USD dengan catatan kepemilikan aset menembus 20 miliar USD.
Dengan demikian diketahui total nilai kekayaan bersih perusahaan milik Tsingshan Holding Group mencapai 7,62 miliar USD.
Apabila menilik pada perkembangan pendapatan sejak tahun 2019, memang emiten ini selalu mengalami peningkatan pendapatan.
Pada tahun 2019, pendapatan yang berhasil diraup perusahaan sebesar 34,2 miliar USD hingga tumbuh melesat ke titik 54,71 miliar USD pada empat tahun setelahnya.
Meski begitu, nampak adanya penurunan profit pada setahun terakhir belakangan yang tadinya mampu capai 2,38 miliar USD menurun jadi 1,45 miliar USD.
Demikian sedikit informasi mengenai perusahaan raksasa Tsingshan Holding Group yang menaungi investasi industri nikel di salah satu smelter nikel yang ada di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.***